Tuesday, December 30, 2025
spot_img
HomePolitikaDaerahDi Bumi Reog, Ratusan Ribu Pesilat SH Terate Berdoa Bersama untuk Korban...

Di Bumi Reog, Ratusan Ribu Pesilat SH Terate Berdoa Bersama untuk Korban Bencana Sumatera

Momen ketika Forkopimda Jawa Timur, Kabupaten Ponorogo dan ratusan ribu pesilat PSHT berdoa bersama untuk keselamatan bangsa khususnya mendoakan korban Bencana Sumatera di Alun-Alun Kabupaten Ponorogo, Minggu (28/12/2025). (foto: Muh. Nurcholis)

PONOROGO, CAKRAWARTA.com – Senja belum sepenuhnya turun ketika alun-alun Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dipenuhi lautan manusia. Mereka datang dari berbagai penjuru Nusantara, mengenakan busana hitam khas Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Minggu (28/12/2025) itu, ratusan ribu pesilat berkumpul bukan untuk unjuk kebolehan, melainkan menundukkan kepala, melangitkan doa.

Bumi Reog Berdzikir (BRB) 2025 kembali digelar. Di ruang publik yang biasanya menjadi pusat denyut kota, dzikir dan doa menggema, dipanjatkan bersama untuk keselamatan bangsa, sekaligus bagi para korban bencana alam di Sumatera mulai dari Aceh, Sumatera Utara hingga Sumatera Barat.

Kegiatan yang digagas PSHT Pusat Madiun Cabang Ponorogo itu mengusung tema Mewujudkan Sinergitas Budaya dan Religi dalam Bingkai Persaudaraan. Sejak pertama kali digelar pada 2017, BRB menjadi ruang perjumpaan unik antara tradisi pencak silat, nilai kebudayaan lokal, dan spiritualitas.

Sejumlah tokoh nasional dan daerah hadir dalam acara tersebut, antara lain Penasehat Khusus Presiden Urusan Pertahanan Jenderal TNI (Purn.) Dudung Abdurachman, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, serta jajaran pimpinan TNI-Polri dan pemerintah daerah. Hadir pula pimpinan pusat PSHT dan para kiai dari berbagai pesantren di Ponorogo.

Ketua PSHT Pusat Madiun Cabang Ponorogo, Moh. Komarudin, mengatakan BRB bukan sekadar agenda rutin tahunan. “Sejak awal, Bumi Reog Berdzikir dimaksudkan sebagai ikhtiar batin. Kita berdoa bersama, memohon keselamatan bangsa, sekaligus menguatkan persaudaraan,” ujarnya dalam laporan kegiatan.

Ia mengajak seluruh peserta mendoakan masyarakat di wilayah Sumatera yang terdampak bencana. “Semoga mereka diberi ketabahan, kekuatan, dan keselamatan,” kata Komarudin.

Pesan serupa disampaikan Kapolda Jawa Timur melalui Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo. Menurutnya, pencak silat tidak hanya membentuk kekuatan fisik, tetapi juga karakter dan akhlak. “Insan pencak silat adalah aset bangsa, berperan sebagai penyejuk di tengah dinamika sosial,” ujarnya.

Ia mengingatkan agar seluruh perguruan silat tetap menjaga kedewasaan berorganisasi, tidak mudah terprovokasi, serta aktif bersinergi dengan TNI, Polri, dan pemerintah daerah dalam menjaga ketertiban dan persatuan.

Momen ketika ratusan ribu pesilat PSHT berkumpil dan berdoa bersama untuk keselamatan bangsa khususnya mendoakan korban Bencana Sumatera di Alun-Alun Kabupaten Ponorogo, Minggu (28/12/2025). (foto: Muh. Nurcholis)

Pelaksana Tugas Bupati Ponorogo Lisdyarita menuturkan, BRB lahir dari keprihatinan atas berbagai bencana yang kerap melanda Tanah Air. “Tahun ini menjadi momentum untuk kembali mengetuk langit, mendoakan para korban bencana dan memohon agar Ponorogo serta daerah lain senantiasa dilindungi,” katanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menegaskan nilai kesatria dalam pencak silat harus diwujudkan dalam tindakan nyata. “Menjadi kuat bukan untuk menaklukkan, melainkan untuk memberi manfaat bagi sesama,” ujarnya.

Ketua Umum PSHT Pusat Madiun R. Moerdjoko Hadi Wiyono mengungkapkan bahwa keluarga besar PSHT tidak berhenti pada doa. Melalui pusat dan cabang-cabangnya, PSHT telah menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi korban bencana dengan nilai sekitar Rp 5 miliar, baik dalam bentuk barang maupun donasi.
Adapun Ketua Dewan PSHT Pusat Madiun Issoebijantoro menekankan kembali filosofi dasar organisasi.

“PSHT berdiri di atas persaudaraan sejati. Persatuan, soliditas, dan loyalitas adalah fondasi yang harus terus dijaga,” katanya.

Puncak acara ditandai dengan dzikir dan doa bersama yang dipimpin Kiai Ansor M. Rusdi, disusul doa oleh sembilan kiai pengasuh pesantren di Ponorogo. Dalam suasana hening, ribuan tangan terangkat, menyatukan harap: keselamatan bagi para korban bencana, ketenteraman bagi negeri, dan persaudaraan yang tetap terjaga di tengah perbedaan.

Di Bumi Reog, pencak silat menemukan maknanya yang lain yakni sebagai jalan sunyi merawat kemanusiaan.(*)

Kontributor: Muh. Nurcholis 

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular