Sunday, October 26, 2025
spot_img
HomePendidikanDunia KampusDi Balik Gelar Guru Besarnya, Hamidah Menyuarakan Revolusi Etika di Dunia Kampus

Di Balik Gelar Guru Besarnya, Hamidah Menyuarakan Revolusi Etika di Dunia Kampus

Prof. Dr. Hamidah, M.Si., Ak., CA., CMA., CRMO., QGIA., QIA., CACP. saat menyampaikan orasi ilmiah dalam pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar FEB UNAIR di Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Universitas Airlangga, Surabaya, Rabu (22/10/2025). (foto: Unair for Cakrawarta)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di tengah suasana khidmat Aula Garuda Mukti, Kampus MERR-C Universitas Airlangga (UNAIR), Rabu (22/10/2025), satu per satu nama guru besar baru dipanggil untuk dikukuhkan. Dari keempatnya, satu nama mencuri perhatian yakni Prof. Dr. Hamidah, M.Si., Ak., CA., CMA., CRMO., QGIA., QIA., CACP.

Bukan sekadar menambah deretan akademisi bergelar profesor, kehadirannya membawa pesan moral yang dalam yaitu revolusi etika dalam dunia kampus. Dalam orasi ilmiahnya, Hamidah menyoroti arah baru tata kelola universitas di era Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH). Ia menilai, otonomi yang kini dimiliki perguruan tinggi tidak boleh menggeser nilai-nilai integritas, moralitas, dan tanggung jawab sosial universitas.

“Transformasi PTNBH merupakan tonggak penting dalam sejarah pendidikan tinggi di Indonesia. Universitas diberi otonomi luas dalam mengelola keuangan, aset, dan sumber daya. Namun, otonomi tanpa tata kelola yang kuat berisiko menimbulkan praktik penyimpangan dan komersialisasi pendidikan,” tegasnya di hadapan civitas akademika UNAIR.

Bagi Hamidah, Excellence University Governance bukan sekadar jargon administratif. Ia memandangnya sebagai panggilan moral untuk menghidupkan kembali nilai-nilai profetik dalam tubuh universitas.

Dalam pandangannya, pengawasan internal memiliki peran krusial menjaga agar otonomi tidak berubah menjadi kebebasan tanpa arah. Sistem pengendalian internal yang kuat, katanya, adalah tameng utama menjaga akuntabilitas dan transparansi di tengah kompleksitas manajemen PTNBH.

“Pengendalian internal adalah garda terdepan ketaatan terhadap regulasi. Efektivitas pengawasan internal akan memperkuat akuntabilitas dan menumbuhkan kepercayaan publik terhadap perguruan tinggi,” ujarnya.

Namun, pengawasan yang hanya mengandalkan mekanisme audit formal dianggapnya belum cukup. Ia menyerukan pentingnya membangun budaya integritas dan etika profetik di seluruh lini universitas.

Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah bukan hanya nilai-nilai spiritual, tetapi fondasi moral yang dapat membentuk tata kelola berkarakter. Di situlah inti dari revolusi etika kampus,” tambahnya.

Pesan Hamidah menembus batas ruang akademik. Ia menegaskan, universitas bukan sekadar pusat ilmu, tetapi juga mercusuar moralitas bagi masyarakat. “Ketika nilai-nilai Nabi Muhammad SAW yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah menjadi dasar pengendalian internal, maka universitas tidak hanya unggul secara akademik, tapi juga menjadi teladan etika dan moral,” pungkas Hamidah.(*)

Editor: Tommy dan Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular