
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Maraknya kasus child grooming melalui media sosial kian meresahkan para orang tua. Sayangnya, hingga kini belum banyak solusi teknologi yang mampu benar-benar melindungi anak dari ancaman kekerasan seksual daring. Melihat keresahan itu, dua mahasiswi Universitas Airlangga (UNAIR) melahirkan inovasi bernama SafeCircle, aplikasi pengawasan dan kontrol aktivitas media sosial anak.
Inovasi ini mengantarkan tim FIBO, beranggotakan Dea Vania Natalie (Prodi Akuntansi, Fakultas Vokasi) dan Luvian Dhini Erwansyah (Prodi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya), meraih Juara 2 dalam ajang Awareness of Mental Health and Women’s Right (AMOR) Essay Competition 2025 di Universitas Negeri Semarang.
Melalui esai berjudul “SafeCircle: Aplikasi Mobile Pengawasan Media Sosial Anak dan Kontrol Waktu Layar untuk Mencegah Child Grooming”, mereka diumumkan sebagai pemenang pada Selasa (14/10/2025) lalu.
Gagasan SafeCircle muncul setelah maraknya pemberitaan mengenai seorang vokalis band yang terlibat dalam kasus child grooming terhadap anak di bawah umur. Dari situ, tim FIBO tergerak untuk menciptakan sistem perlindungan digital bagi anak.
SafeCircle dirancang memiliki tiga fitur utama. Pertama, pemantauan aktivitas penggunaan aplikasi di ponsel anak. “Ada semacam dashboard yang menampilkan durasi penggunaan aplikasi. Jadi orang tua bisa tahu anaknya paling lama memakai aplikasi apa,” jelas Dea dalam keterangannya, Sabtu (18/10/2025).
Kedua, pengunci otomatis aplikasi media sosial yang aktif ketika penggunaan sudah melebihi batas waktu yang ditentukan. Ketiga, proteksi jarak jauh jika anak menghadapi situasi berbahaya di media sosial. “Kalau ada pesan mencurigakan masuk, orang tua langsung dapat notifikasi. Kalau situasinya genting dan anak ketakutan, mereka bisa menekan tombol SOS. Orang tua akan menerima lokasi anak dan bisa segera menghampirinya,” tambah Dea.
Proses penyusunan ide tidak selalu berjalan mulus. Dea dan Vian harus berjuang menyesuaikan waktu di tengah kesibukan kuliah dan aktivitas organisasi.
“Jadwal kami beda banget. Aku sibuk di tugas dan organisasi, sementara Dea sibuk magang. Jadi sering slow response waktu diskusi,” cerita Vian sambil tertawa.

Meski penuh tantangan, keduanya tetap berkomitmen menghadirkan solusi nyata yang bisa membantu orang tua mengawasi aktivitas digital anak mereka.
“Kami berharap ide ini benar-benar bisa direalisasikan. Aplikasi seperti ini akan sangat membantu, apalagi banyak orang tua yang kesulitan memantau pesan media sosial atau game online anaknya,” ujar Dea menutup.
Karya dua mahasiswi UNAIR ini bukan sekadar ide kompetisi. SafeCircle menjadi simbol kepedulian generasi muda terhadap keamanan anak di dunia digital, sekaligus bukti bahwa inovasi sosial berbasis teknologi bisa lahir dari ruang kampus. (*)
Editor: Abdel Rafi



