Thursday, May 9, 2024
HomeGagasanBonekmania Dan Rasa Setia

Bonekmania Dan Rasa Setia

Pelatih Josep Gombau berhasil membuat bonekmania (fans Persebaya) bahagia. Skor 3-1 melawan Arema yang terjadi pada pertandingan derby, Sabtu (23/9/2023) seakan bisa melupakan kesedihan kalah 0-3 dengan Madura United. Pertandingan Sabtu kemarin itu membuat Persebaya berada di peringkat kelima klasemen sementara. Sedangkan Arema yang sebenarnya berada pada tren positif sebelum bertemu Persebaya, berada di klasemen ke-16.

Pada beberapa pernyataannya soal laga panas itu, dia memang menginginkan kemenangan; agar para bonekmania bahagia. Kemarin, pertandingan yang dihadiri oleh Pangdam V/Brawijaya dan Kapolda Jawa Timur ini, serta dijaga oleh sekitar 5.000 pasukan gabungan, berlangsung aman. Tidak ada satupun flare atau tindakan 30 ribu bonekmania yang berada di luar kendali di stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Luapan gembira agak nyleneh cuma terjadi di tribun utara dimana para fans melepas kaos sembari menyanyikan chant Kudukung Kau Sampai Mati, lima menit sebelum laga berakhir.

Apa yang membuat fans begitu penting bagi pelatih Persebaya ini ?

Sebenarnya fans bukan hanya penting bagi pelatih, tapi juga klub itu sendiri. Mungkin kita bisa belajar dari Liverpool. Klub Inggris ini punya motto “You’ll Never Walk Alone “ Anda Tidak Akan Pernah Melangkah Sendirian; sebuah motto yang kurang lebih bermakna, ada dukungan kepada klub itu oleh fans, baik saat menang atau kalah. Ada yang mendampingi kemanapun dia bertanding.

Sekitar tahun 2013, saat Liverpool melawan tim nasional Indonesia dan mereka menang 2-0 atas kita, penonton berjumlah 75 ribu orang dari kapasitas Gelora Bung Karno yang mencapai 77 ribu penonton. Fans Liverpool (dan tentu saja, Indonesia) ada di mana -mana. Intinya adalah, kesetiaan para fans selalu ada buat mereka.

Kesetiaan juga yang mendasari para fans datang ke Gelora Bung Karno (GBK) saat pertandingan antara timnas Argentina dan Indonesia, Juni lalu. Meski laga itu adalah uji coba, tanpa Messi, dan timnas Indonesia kalah 0-2 dari timnas Argentina, namun bangku penuh dan rating dan share stasiun televisi yang menyiarkannya, melonjak jadi dua digit. Argentina yang merupakan juara Piala Dunia 2022 (setelah mengalahkan Prancis) bagai magnet yang menarik perhatian banyak orang.

Pada suatu masa juga pernah klub Arsenal datang ke GBK dan mencukur habis Indonesia Dream Team 0-7 . Tapi sekitar 40 ribu penonton hadir dan menyaksikannya. Atau Chelsea yang pernah uji coba melawan Indonesia U23. Entah para fans ingin melihat permainan klub Chelsea atau melihat aksi pelatih (waktu itu) Jose Mourinho yang selalu memancing emosi lawan. Karakter pelatih Portugal ini sangat mirip karakter Muhammad Ali yang mampu memancing emosi dan memperlemah mental lawan. Setelah sang lawan marah, dengan mudah Ali menjatuhkan lawan. Kala itu Mourinho pun dengan pongah mengatakan bahwa dia tidak perlu belajar strategi Indonesia. Dan memang Indonesia kalah melawan Chelsea. Namun para fans tetap mendukung klub kesayangannya dengan santun, entah itu kalah atau menang.

Kesetiaan, kesantunan, dan kreatifitas para fans juga, bisa kita saksikan pada klub Leeds United. Klub dengan julukan The Whites ini pernah jaya sekaligus terpuruk. Padahal, klub tua ini pernah meraih juara Liga Inggris tahun 1991-1992 dan jadi saingan berat bagi Manchester United yang saat itu dilatih oleh Sir Alex Ferguson. Setelah itu Leeds terpuruk di kasta ketiga liga Inggris. Mereka main di kampung-kampung kecil di Inggris dengan hadiah tak seberapa (selevel tarkam).

Namun situasi berubah lagi, saat pelatih asal Argentina, Marcello Bielsa membenahi klub yang berada di kota Leeds – wilayah West Yorkshire itu dengan meraih peringkat 6-9 di liga utama Inggris pada musim 2019-2020. Meski berakhir pilu (Bielsa dipecat karena kekalahan beruntun), selama kurun jatuh bangun itu, penduduk kota Leeds setia dengan klub kota mereka dengan cara kreatif. Mereka membuat mural-mural yang memperindah kota dan stadion Elland Road, patung, lagu-lagu khusus (termasuk chant), kafe khusus bola sampai nama jalan khusus. Intinya penduduk Leeds setia dalam rentang waktu lama , saat klub kota mereka kalah atau menang; berjaya atau terpuruk.

Fans sepakbola sering tetap setia pada klub pujaan mereka karena adanya ikatan emosional dan afiliasi jangka panjang dengan klub tersebut. Rasa setia ini berbasis rasa cinta. Ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain identitas lokal, tradisi keluarga, kesan atau kenangan indah dengan klub tersebut. Di dunia sepakbola internasional, jarang fans marah karena klub pujaannya kalah dengan merusak stadion atau menyalakan flare. Atau mungkin merusak fasilitas umum atau mencederai fans lainnya. Pertandingan selalu mereka nikmati dengan tenang dan bahagia.

Inilah juga yang diharapkan dari Fans Persebaya dan klub-klub lain di Indonesia dengan menerima kekalahan atau kemenangan dengan lapang dada. Kemenangan dan kekalahan adalah bagian alami dari olahraga, dan cinta terhadap klub seringkali lebih dalam daripada hasil pertandingan. Mungkin lain kali, suasana sejuk dan santun bisa tercipta saat dua klub rival bertemu dan dua fans yang ada dalam satu stadion berlapang dada atas hasil yang ditorehkan klub kesayangan. Toh, kalah atau menang tak lebih penting dari rasa cinta dan setia.***

SAKERA RONIN

Penikmat Bola, Tinggal di Surabaya

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular