Wednesday, December 17, 2025
spot_img
HomeSosokBermodal Ketekunan, Reza Maulana Hikam Raih Beasiswa Prestisius Amerika Serikat

Bermodal Ketekunan, Reza Maulana Hikam Raih Beasiswa Prestisius Amerika Serikat

Reza Maulana Hikam bersama Vina Lanzona (kiri) selaku Wakil Ketua Penguji tesisnya di Stan Sheriff Stadium, Honolulu, Hawai, Amerika Serikat University of Hawai‘i at Mānoa, Amerika Serikat, saat pagelaran wisuda ke-114 UH Mānoa,Sabtu (17/5/2025). (foto: dokumen pribadi)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Ketekunan dan semangat belajar yang tak pernah padam membawa Reza Maulana Hikam, alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), menuju panggung akademik dunia. Lulusan Program Studi Administrasi Negara (kini Administrasi Publik) ini berhasil meraih beasiswa prestisius Graduate Degree Fellowship dari East-West Center (EWC), lembaga riset di bawah Pemerintah Federal Amerika Serikat yang berpusat di Honolulu, Hawaii.

Bagi Reza, keberhasilan itu bukan semata hasil kecerdasan, melainkan buah dari ketekunan dan konsistensi. “Dulu di administrasi negara saya diajari cara menganalisis masalah. Tapi saya ingin melihat lebih dalam lagi, mencari akar dari persoalan sosial, termasuk soal terorisme dan ideologi,” tuturnya, Selasa (28/10/2025).

Lulusan tahun 2019 asal Gresik yang besar di Surabaya ini, melanjutkan studi magister di University of Hawai‘i at Mānoa (UH Mānoa) dengan fokus pada bidang sejarah. Di kampus tersebut, ia dibimbing langsung oleh Prof. Leonard Andaya, sejarawan Asia Tenggara terkemuka.

“Kebetulan Prof. Leonard memiliki fokus kajian yang sama dengan saya, terutama mengenai Sulawesi. Saya beruntung bisa belajar langsung di bawah bimbingan beliau,” ujar Reza yang aktif dan besar di organisasi ekstra kampus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini.

Langkah Reza menembus East-West Center bermula dari perbincangannya dengan Prof. Abdullah Dahana, alumni UH Mānoa yang menyarankan agar ia menghubungi Prof. Leonard. Dari perkenalan itulah proses pendaftaran dan seleksi beasiswa mulai berjalan.

Program beasiswa EWC terbuka untuk mahasiswa dari berbagai negara di Asia Timur dan Asia Tenggara. Selain pembiayaan studi, penerima beasiswa juga mendapat kesempatan terlibat dalam kegiatan riset dan dialog lintas budaya di lingkungan akademik yang multinasional.

“Saya belajar banyak dari perbedaan cara pandang dan budaya. Itu membuat saya lebih sensitif dan terbuka terhadap berbagai latar belakang orang,” katanya.

Reza menekankan bahwa keberhasilan meraih beasiswa luar negeri tidak bisa diraih dalam waktu singkat. Segala sesuatu perlu disiapkan matang, terutama administrasi dan jejaring akademik.

“Mendapatkan calon dosen pembimbing sebelum mendaftar bisa menjadi nilai tambah. Itu menunjukkan keseriusan kita untuk benar-benar belajar,” ujar putra jurnalis dan peneliti senior Rosdyansyah itu.

Ia juga mengingatkan pentingnya menyiapkan dokumen berbahasa Inggris yang sudah dilegalisir, paspor aktif, serta hasil tes kemampuan bahasa seperti TOEFL iBT, IELTS, atau GRE.

“Untung saja waktu saya lulus, FISIP UNAIR sudah menyediakan jasa penerjemahan ijazah. Itu sangat membantu,” kenangnya.

Meski sistem pendidikan di Amerika Serikat dikenal ketat, Reza justru merasakan kehangatan dalam interaksi akademik di kampusnya.

“Setiap awal dan akhir semester, departemen selalu mengadakan makan siang bersama. Di akhir semester, acara itu juga menjadi ajang pemberian penghargaan bagi mahasiswa berprestasi,” tuturnya.

Baginya, tradisi sederhana itu menunjukkan nilai kebersamaan dan penghargaan terhadap proses belajar yang tidak sekadar akademik, tetapi juga sosial dan emosional.

Kembali Mengabdi di Tanah Air

Usai menyelesaikan studi, Reza kini aktif sebagai peneliti bidang sejarah dan ideologi di Nusantara Center for Social Research, Surabaya, serta Tenaga Ahli Editor (ad hoc) di Komnas Perempuan.

Ia mengaku disiplin dan ketelitian yang dilatih selama kuliah di Honolulu menjadi bekal penting dalam dunia riset dan kepenulisan.

“Prof. Leonard sangat ketat dalam membimbing. Ia melatih saya memahami data secara cermat dan menulis tanpa bertele-tele. Bekal itu sangat berguna dalam pekerjaan saya sekarang,” ujarnya.

Menutup perbincangan, Reza berpesan kepada mahasiswa yang bercita-cita menempuh studi di luar negeri agar mempersiapkan diri secara matang dan realistis.

“Kuliah di luar negeri itu bukan untuk liburan. Fokuslah pada kurikulum, pusat kajian, dan kualitas dosen. Pastikan semua dokumen administratif lengkap dan siap,” katanya.

Bagi Reza, mimpi besar hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang mau bekerja keras dan bersabar menapaki prosesnya. Dari Gresik ke Honolulu, dari kampus FISIP UNAIR ke jantung akademik Amerika, kisah Reza Hikam menjadi bukti bahwa ketekunan adalah kunci yang membuka pintu dunia. (*)

Kontributor: PKIP UNAIR

Editor: Tommy dan Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular