
MEDAN, CAKRAWARTA.com – Di tengah hiruk-pikuk kota, ratusan pengemudi ojek online (ojol) yang tergabung dalam Gabungan Ojek Roda Dua Medan Sekitar (Godams) bergerak dengan langkah pasti. Mereka tidak sekadar berjalan kaki dari Jalan Pulau Pinang, Kesawan, menuju Kantor Gubernur Sumatera Utara di Jalan Pangeran Diponegoro. Mereka sedang membawa suara: suara tentang keadilan, perlindungan, dan hak hidup yang lebih manusiawi.
Aksi ini digelar pada Selasa (20/5), bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, dalam gerakan bertajuk “Aksi 205” yang juga dilakukan serentak di beberapa kota Indonesia. Para pengemudi ojol tidak datang untuk membuat gaduh, mereka datang untuk mengingatkan: bahwa di balik setiap helm dan jaket hijau, ada manusia yang berjuang.
Sekretaris Godams, M. Hilal, menegaskan bahwa aksi damai ini membawa sejumlah tuntutan mendasar. Salah satunya adalah mendesak pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) sebagai payung hukum resmi untuk para pengemudi ojol.
“Kami tidak menolak teknologi, kami mendukung kemajuan. Tapi regulasinya harus adil,” ujar Hilal. “Kami meminta tarif potongan aplikasi tidak melebihi 15 persen, karena di lapangan, masih banyak aplikator yang memotong lebih dari 20 persen. Ini mencekik kami.”
Godams juga menuntut penghapusan program instan aplikator seperti Aceng Slot, Bike Hemat, Hub, Sameday, dan program lainnya yang dianggap mematikan penghasilan driver konvensional. Selain itu, mereka menuntut adanya perlindungan keselamatan kerja yang lebih konkret.
“Kami tidak ingin jadi korban perang promo antar-aplikator. Pemerintah harus hadir, menengahi, jangan diam saja,” tambah Hilal dengan nada tegas namun tenang.
Sebagai bentuk protes, seluruh driver peserta aksi menonaktifkan aplikasi selama aksi berlangsung. Sebuah simbolisasi bahwa tanpa mereka, sistem digital itu tidak akan berjalan.
Yang membanggakan, aksi ini berlangsung tertib dan penuh semangat persaudaraan. Para pengemudi menyampaikan aspirasi tanpa keributan. Mereka bahkan memberikan apresiasi khusus kepada pihak Kepolisian dari Polda Sumut dan Polrestabes Medan yang mengawal jalannya aksi secara humanis dan simpatik.

Momentum haru terjadi ketika Gubernur Sumatera Utara, Bobby Afif Nasution, datang langsung menemui massa aksi di depan kantornya. Ia mendengarkan aspirasi mereka, membuka ruang dialog yang selama ini dirindukan oleh para pekerja lapangan ini. Jajaran manajemen aplikator pun turut hadir, menunjukkan itikad baik untuk mendengarkan langsung suara para driver.
Hari itu, Medan tak hanya mencatat barisan panjang para pengemudi ojol. Ia mencatat keberanian, keteguhan, dan kesantunan dalam perjuangan. Ojol Sumut tidak hanya berjalan -mereka berdiri tegak untuk masa depan yang lebih adil.
Dan dari langkah-langkah damai itulah, suara perubahan mulai bergema. (*)
Kontributor: Rizky Zulianda
Editor: Abdel Rafi
Foto: Rizky Z



