Thursday, May 9, 2024
HomePendidikanBeri Kemajuan Antropologi Indonesia, SKK Migas Adakan Bedah Buku

Beri Kemajuan Antropologi Indonesia, SKK Migas Adakan Bedah Buku

Bedah Buku “DINAMIKA MASYARAKAT DI SEKITAR INDUSTRI HULU MIGAS: Studi Etnografi di Wilayah Sumbagut (Riau, Sumut, Aceh,Kepulauan Riau)” yang berlokasi di Gramedia Matraman Jl. Matraman Raya No.46-50, Kb. Manggis, Kec. Matraman, Kota Jakarta Timur, Sabtu (23/12/2023). (foto: Ardi Winangun)

JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas) Sumbagut-KKKS, Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengda Riau, serta PT. RajaGrafindo sukses bekerjasama dengan Gramedia Jakarta dengan menyelenggarakan kegiatan mengenai Bedah Buku “DINAMIKA MASYARAKAT DI SEKITAR INDUSTRI HULU MIGAS: Studi Etnografi di Wilayah Sumbagut (Riau, Sumut, Aceh,Kepulauan Riau)” yang berlokasi di Gramedia Matraman Jl. Matraman Raya No.46-50, Kb. Manggis, Kec. Matraman, Kota Jakarta Timur. Kegiatan kali ini mengundang para Penulis, Peneliti, serta Editor Buku yakni:
1. Zezen Zaenal Mutaqin LL.M, S.J.D ( Dosen Indonesian International Islamic University; National Consultan of UNICEF Indonesia)
2. Dr. Fikarwin Zuzka (Editor & Penulis )
3. Doni Sugianto Sihotang (Penulis, Universitas Sumatera Utara)
4. Suci Masliawati (Penulis, Universitas Andalas)

Tidak hanya itu, kegiatan ini juga dihadiri langsung oleh Opening/Closing Speech
1. Rikky Rahmat Firdaus (Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut) Opening Speech
2. M. Rawa El Amady (Ketua AAI Penda Riau) Opening Speech
3. Yanin Kholison (Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagut) Closing Speech

Di dalam buku yang diterbitkan oleh PT. RajaGrafindo itu terdapat beberapa bagian. Bagian pertama, mengambil tema Dinamika Suku Bangsa (terdiri dua belas tulisan); bagian kedua, Potensi Ekonomi (terdiri delapan tulisan) dan bagian ketiga, Pariwisata (terdiri lima tulisan).

Buku ini adalah salah satu luaran progam yang ditaja oleh SKK Migas SumbagutKKKS dengan AAI Pengda Riau. Buku yang sangat kaya kesukubangsaan Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan ilmu antropologi. Berisi potret dan etnografi masyarakat disekitar industri hulu migas. Berisi pandangan dan paham suku bangsa terhadap kondisi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu, dengan diadakannya “Bedah Buku” ini diharapkan dapat menjadikan suatu poin pandangan bagi kalangan akademisi, mahasiswa, bahkan publik pada umumnya terhadap keberadaan industri hulu migas selama ini. Sekaligus bahan literasi bagi kaum akademis terhadap potret kehidupan suku-suku bangsa di sekitar daerah hulu migas. Dan harapan kami juga kegiatan ini menjadi sebuah diskursus sekaligus memberikan masukan bersama dalam rancang bangun ke depan bagi lembaga donor dan insitusi pelaksana penelitian dalam penelitian suku-suku bangsa di Indonesia terkait wawasan budaya, lingkungan dan aktivitas sosial lainnya, serta sebagai wahana mitigasi dan khasanah sosial budaya nasional atas keberadaan suku suku bangsa di Indonesia terhadap eksistensi dan keberlangsungannya sebagai upaya kearifan lokal (local genius).

Pada kesempatan tersebut, Rikky Rahmat Firdaus selaku Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut menyampaikan, bahwa kegiatan tersebut terbentuk dengan adanya kerjasama dari beberapa Universitas.

“Jadi kegiatan ini kami dorong melalui Asosiasi. Asosiasi inilah yang bekerjasama dengan 7 Universitas di 5 Pemprov yang ada untuk turun menempatkan di 17 Kabupaten/Kota atau Desa,” ungkapnya pada saat ditemui awak media.

“Kita tahu bersama bahwa mahasiswa-mahasiswi adalah pure generasi milenial saat ini. Harapan kami itu mereka tergerak untuk memotret sosial masyarakat. Jadi perusahaan-perusahaan minyak dan gas berada di belakang tidak terlalu memberikan titipan-titipan messages. Jadi yang disampaikan Pak Dirjen didalam bahwa penyampaian dari masyarakat dan mahasiswa yang memotret kegiatan ini lebih bersifat deskriptif, ini yang menjadi PR kita berikutnya sehingga pemaknaan itu yang nantinya akan kita tindak lanjuti supaya ada makna dan bisa ditarik benang merahnya. Apa dari para kontraktor-kontraktor disana yang pas untuk bisa engage sehingga Pak Bupati atau Pemerintah Kabupaten bisa ikut terlibat terhadap aspirasi dari masyarakat daerah tempatan,” paparnya menambahkan.

Jadi, lanjutnya, pihaknya melihat buku ini merupakan satu langkah kecil untuk langkah-langkah berikutnya. “Seperti yang kami sampaikan setelah kegiatan ini kami memberi ruang kepada para wartawan untuk memotret kegiatan hulu migas melalui suatu kegiatan jelajah migas,” tandasnya.

Ia menilai, awak media mungkin sudah punya pemahaman yang lebih luas sehingga akan jauh lebih bermakna. “Ini akan membuat kami menambah percaya diri untuk bisa selanjutnya apakah ada messages yang disampaikan kepada pemerintah Kabupaten,” tukasnya.

Karena itu, menurutnya, di awal tahun pihaknya selalu melaksanakan kegiatan come from the top, bertemu dengan pemimpin tertinggi di daerah di level Gubernur menyampaikan rencana kegiatan transparansi.

“dan Alhamdulillah 5 Provinsi di daerah Sumatera Bagian Utara tidak banyak dampak-dampak benturan antara kepentingan industri hulu migas dengan masyarakat tempatan,” katanya.

“Ini yang terus kita jaga supaya iklim investasi pencapaian target energi nasional tetap dapat dicapai. Itu yang ingin kita sampaikan di acara bedah buku ini. Harapannya kalau memang ini baik kita akan terus keluarkan virusnya ke masyarakat sehingga ada balancing antara kepentingan pemburu ekonomi dengan masyarakat tempatan,” harapnya.

“Dengan membaca buku ini kita mendapatkan gambaran dinamika masyarakat di tengah kepungan laju pembangunan yang begitu pesat. Beragam kajian etnografi yang disajikan dalam buku ini, menjadikan buku ini patut dijadikan sebagai referensi bagi para peneliti untuk melakukan riset-riset lanjutan,” pungkasnya.

(Ardi/rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular