Trenggalek, – Musim penghujan yang kering dan ancaman kemarau panjang menjadi salah satu momok bagi para petani, tidak terkecuali para petani di Desa Jajar Gumregah, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Desa yang terletak di Kecamatan Gandusari ini memang terbagi menjadi dua kontur wilayah, yakni wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi. Wilayah dataran tinggi di Desa Jajar disebut Bukit Kentheng Jajar. Beberapa warga tani di Desa Jajar juga masih bergantung pada air gunung dari Kentheng Jajar dan sumber lainnya di dataran tinggi sekitar. Ketergantungan ini seringkali memberi keterbatasan pengembangan pertanian di Desa Jajar.
Untuk merespon kondisi yang ada di Desa Jajar tersebut, pada Jumat (30/8/2024) lalu, para gabungan akademisi dari UPN Veteran Jawa Timur dan Universitas Tulungagung melakukan pelatihan rantai smart farming dan hidroponik di Taman Jajar Gumregah. Pertanian dengan metode smart farming dan hidroponik dicoba untuk diaplikasikan di Desa Jajar setelah tim akademisi dan kelompok tani Desa Jajar mencapai kesepakatan. Dua metode tersebut diharapkan dapat menjadi alternatif pengembangan pertanian dan agrowisata di Desa Jajar.
Dalam keterangan yang diterima redaksi, Jumat (13/9/2024), Silas, salah seorang perwakilan Kelompok Tani Dewi Sri Jajar menyampaikan bahwa dirinya dan segenap masyarakat tani mengapresiasi langkah yang diambil para akademisi UPN Veteran Jawa Timur dan Universitas Tulungagung tersebut.
“Beberapa kalangan masyarakat kami memang masih menggantungkan air dari kawasan gunung. Secara hitungan kasar memang kondisinya naik turun. Jadi pada prinsipnya memang kita tidak bisa menggantungkan ketersediaan air hanya dari air gunung. Apalagi untuk pertanian, ya. Saya kira hidroponik bisa jadi alternatif yang patut dicoba,” ujar Silas. Kondisi petani dan buruh tani di Desa Jajar mengalami penurunan akibat cuaca panas (musim kemarau, red.) yang berkepanjangan dan musim penghujan yang kering.
Hendra Maulana, koordinator pelaksana untuk pelatihan smart farming dan hidroponik dari UPN Veteran Jawa Timur mengatakan bahwa terlaksanakannya kegiatan ini tidak lepas dari kontribusi dari Kemendikbudristek RI yang telah membantu pendanaan melalui skema pengabdian kepada masyarakat.
“Pelatihan ini ada berkat dukungan dari Dirjen Penelitian, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendikbudristek RI melalui program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB). Tim kami juga terdiri dari kepakaran yang multidisiplin, mulai dari Teknik Mesin, Agribisnis, Bisnis Digital, dan Pariwisata. Sehingga masing-masing kami ini bisa berkolaborasi untuk membantu masyarakat, terutama pegiat pertanian lokal dan pariwisata di Desa Jajar,” ujarnya saat dikonfirmasi media ini.
Program PDB yang dilaksanakan di Desa Jajar mendapatkan respon positif tidak hanya dari kelompok tani Jajar sebagai mitra kegiatan, dan tim akademisi inti, namun juga dari kepala pemerintahan Desa Jajar Gumregah. Imam Edy, selaku Kepala Desa Jajar mengatakan bahwa pihaknya mengikuti kegiatan yang diselenggarakan akademisi dari UPN Veteraqn Jatim dan Universitas Tulungagung tersebut sebagai hal yang istimewa dan pengalaman menarik.
“Karena selama ini kami tidak pernah terpikirkan untuk menjadikan giat pertanian menjadi salah satu daya tarik wisata. Adanya smart farming dan hidroponik ini menjadikan saya optimis bahwa kami bisa membuat wahana eduwisata yang didasari oleh giat pertanian,” ujarnya saat dikonfirmasi media ini.
Untuk diketahui, program PDB di Desa Jajar Gumregah oleh kolaborasi UPN Veteran Jawa Timur, Universitas Tulungagung, dan Kelompok Tani Dewi Sri Jajar dilaksanakan secara bertahap dalam jangka waktu tiga tahun mulai dari tahun 2024 ini. Diharapkan pentahapan program tersebut, program pengabdian kepada masyarakat skema PDB di Desa Jajar tidak hanya menjadi program yang bersifat formalitas dan lebih memberikan dampak sosial ekonomi secara meluas terhadap masyarakat Desa Jajar, Kabupaten Trenggalek.
(praja/rafel)