Sunday, December 7, 2025
spot_img
HomePendidikanDunia KampusAngkat Isu Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati, Mahasiswa Unair Ini Raih Juara 2...

Angkat Isu Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati, Mahasiswa Unair Ini Raih Juara 2 Pada Ajang The 5th International Geotourism Festival

 

Gilang Avrilio Akbari (tengah, baju almamater) dan kedua temannya saat menerima penghargaan dari Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandini pada sebuah giat awarding, Senin (1/7/2024). (foto: dokumen pribadi)

Surabaya, – Mahasiswa Indonesia kembali berhasil menorehkan prestasi bertaraf internasional. Mereka adalah tiga mahasiswa asal Universitas Airlangga yaitu Gilang Avrilio Akbari, Kezia Catherine Siswoko, dan Putri Nur Aini Kesmas. Ketiga mahasiswa program studi kesehatan masyarakat tersebut menyabet juara 2 poster Ajang Pre-Event Geofest Kategori Umum dan Mahasiswa pada The 5th International Geotourism Festival Tahun 2024.

Dalam keterangannya, Gilang mengatakan bahwa bencana berpotensi mengancam keanekaragaman hayati Indonesia. Berkurangnya keragaman jenis tanaman hayati akan mengurangi peluang eksplorasi senyawa obat herbal. Kawasan hutan Ijen Geopark tak luput dari ancaman defisit keanekaragaman hayati.

“Tanaman obat keluarga (TOGA) yang menjadi salah satu warisan budaya Osing di Kawasan Ijen, Banyuwangi semakin terpinggirkan dan jarang terlihat,” katanya dalam keterangan yang diterima redaksi, Kamis (4/7/2024).

Pengembangan dan budidaya potensi tanaman obat keluarga, lanjutnya, dapat terwujud lewat sustainable ethnobotany. Sustainable ethnobotany adalah rancangan konsep berkelanjutan yang melibatkan manusia dan tumbuhan yang berada dalam lingkungan. Serta kebudayaan untuk melestarikan potensi kekayaan alam yang ada. Oleh karena itu, Gilang merancang poster dengan kombinasi inovasi rancangan program yang telah berlangsung oleh salah satu anggota tim.

“Kami menyajikan poster secara ilmiah mulai dari deskripsi program, metode pelaksanaan program, dan hasil dari program yang dijalankan. Poster mengusung konsep sustainable ethnobotany di Kawasan Hutan Ijen dan Desa Tamansari,” imbuhnya.

Gilang menjelaskan bahwa pengembangan sustainable ethnobotany kawasan Geopark Ijen juga tak terlepas dari langkah mitigasi bencana alam. Upaya mitigasi berbasis konservasi dapat menyelamatkan potensi tanaman obat keluarga dengan pembudidayaan dan penyebarluasan bibit tanaman ke rumah tiap masyarakat. Sehingga desain poster turut mengusung program Sadar Bencana.

“Itu untuk mengedukasi masyarakat agar tidak melakukan kegiatan berbahaya. Seperti melakukan pembakaran hutan yang dapat mengancam keanekaragaman hayati,” tukas Gilang.

Gilang menceritakan bahwa ia bersama timnya yang dinamakan PHOENIX juga mendapatkan apresiasi langsung dari Bupati Banyuwangi dalam awarding yang mereka terima pada Senin (1/7/2024) lalu.

Menurut Gilang, ia dan timnya melakukan menjelajahi kawasan Ijen Geopark, seperti Situs Kawitan, Pantai Pancur, dan Savana Sadengan. Kesan senang tim tersebut dapat berlibur, menjelah sejarah alam, dan belajar geologi seperti di Pantai Pancur.

“Pantai Pancur ternyata menjadi bukti sejarah awal mula adanya aktivitas gunung berapi yang ada di Geopark Ijen seperti Gunung Raung, Kawah Ijen, dan Kaldera Ijen,” tandasnya mengakhiri keterangan.

(khefti/rafel

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular