
MADIUN, CAKRAWARTA.com – Angin segar berhembus di tubuh Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Madiun. Dalam Konferensi Cabang (Konfercab) IX yang digelar di Pondok Pesantren Karangkadempel, Jiwan, Minggu (2/11/2025), Ali Makhrus resmi terpilih sebagai Ketua PC GP Ansor Kabupaten Madiun untuk masa khidmat 2025-2029.
Namun, kemenangan Ali Makhrus bukan sekadar hasil musyawarah. Di baliknya, tersimpan semangat baru yang ia bawa yaitu “Revolusi NGAJI”, sebuah akronim yang sarat makna dan dirancang untuk menghidupkan kembali ruh pergerakan kader muda Nahdlatul Ulama di Madiun.
Ali Makhrus bukanlah nama baru di kalangan aktivis muda NU. Sosok yang dikenal tenang namun tajam dalam gagasan ini lahir dari tradisi pesantren. Ia menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Pondok Pesantren Riyadlul Muntadiin Laju Kidul, Singgahan, Tuban, lalu melanjutkan studi sarjana di STIT Urwatul Wutsqo Jombang, dan meraih gelar magister di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Di bangku kuliah, semangat gerakannya mulai menonjol. Ia aktif sebagai Wakil Ketua Umum PC PMII Jombang, kemudian berkiprah di Lakpesdam PCNU Kabupaten Madiun, hingga dipercaya bergabung di Literacy Center Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PWNU Jawa Timur pada 2022.
“Pesantren mengajarkan saya untuk tidak hanya berpikir, tapi juga bergerak. Ilmu harus menjelma jadi amal,” ujar Ali, mengenang perjalanan panjangnya dalam dunia kaderisasi NU.
Kini, di pundaknya tersemat tanggung jawab baru yakni memimpin ribuan kader Ansor di Kabupaten Madiun. Untuk itu, Ali menawarkan gagasan yang ia sebut sebagai “Revolusi NGAJI” yang merupakan singkatan dari Novelty (Kebaruan), Growth (Pertumbuhan), Achievement (Pencapaian), Joyful (Kegembiraan), dan Integrity (Integritas).
“Ini bukan sekadar jargon,” tegasnya. “NGAJI adalah filosofi gerak. GP Ansor harus tumbuh dengan semangat baru, menghadirkan inovasi, menumbuhkan kader yang berprestasi, bekerja dengan gembira, dan tetap menjaga integritas.”
Bagi Ali, revolusi NGAJI berarti menanamkan kembali nilai-nilai kemandirian dan kejujuran di tengah derasnya perubahan zaman. Ia ingin menjadikan Ansor bukan hanya organisasi sosial-keagamaan, tetapi juga wadah kreatif anak muda yang siap menjawab tantangan digital, sosial, dan kebangsaan.
Gerakan Kolektif, Bukan Personal
Usai terpilih, Ali menegaskan bahwa kepemimpinan di Ansor tidak boleh bertumpu pada figur tunggal. “Kepemimpinan ini bukan tentang individu, tapi tentang kolektivitas. Semangat NGAJI harus menjadi ruh yang menyatukan kita,” ujarnya.
Ia mengajak seluruh kader untuk memperkuat solidaritas, menjaga tradisi baik para pendahulu, serta memperluas peran Ansor dalam ruang-ruang strategis masyarakat.
“PC GP Ansor Kabupaten Madiun akan terus mengawal cita-cita pendiri bangsa, merawat kebhinekaan, dan menjadi garda depan dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul,” katanya.
Bagi Ali, revolusi NGAJI bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang. Ia menargetkan agar dalam empat tahun ke depan, GP Ansor Madiun mampu menjadi laboratorium kader muda yang religius, cerdas, dan produktif.
“Kami ingin setiap kader merasa memiliki organisasi ini. Karena dari sinilah perubahan dimulai,” tutur Ali.
Ia pun menutup sambutannya dengan seruan yang menggema di aula pesantren, “saatnya kita merapatkan barisan. Bergerak bersama, berjuang bersama, dan membangun Madiun yang Digdaya dengan semangat NGAJI.”
Konfercab IX GP Ansor Kabupaten Madiun pun menandai lahirnya babak baru dalam pergerakan kader muda NU. Sebuah revolusi senyap yang dimulai dari pesantren, ditenun oleh semangat NGAJI, dan digerakkan oleh generasi yang tak ingin berhenti belajar.(*)
Kontributor: Mukani
Editor: Abdel Rafi



