Saturday, April 20, 2024
HomeSains TeknologiKesehatanAhli Gizi Sebut Puasa Seharusnya Menyehatkan Tapi Ada Yang Sebaliknya, Kok Bisa?

Ahli Gizi Sebut Puasa Seharusnya Menyehatkan Tapi Ada Yang Sebaliknya, Kok Bisa?

ilustrasi. (foto: istimewa)

SURABAYA – Memasuki bulan Ramadhan, masyarakat diminta untuk mampu melakukan penyesuaian tubuh untuk dapat berpuasa selama lebih dari dua belas jam. Pemenuhan gizi harus diperhatikan, terutama saat sahur dan berbuka.

Menurut Ahli Gizi Dominikus Raditya Atmaka prinsip gizi selama berpuasa adalah dengan memilih makanan yang lambat dicerna oleh tubuh sehingga pelepasan glukosa tidak terlalu cepat. Sehingga lebih lama kenyang dan tidak mudah lapar.

“Perlu hati-hati untuk memilih makanan, terutama yang memiliki potensi sakit maag karena kondisi berpuasa sangat mungkin meningkatkan asam lambung dalam jumlah banyak karena tidak ada makanan yang masuk dalam waktu lama,” ujarnya pada media ini, Jumat (31/3/2023).

Mencari makanan yang ramah lambung ketika bulan Ramadan, lanjutnya, menjadi hal yang perlu diperhatikan. Selain itu, mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan mengandung karbohidrat kompleks juga merupakan hal penting.

“Karena ketika berpuasa tubuh akan menurunkan laju metabolisme untuk menghemat pengeluaran glukosa dalam darah,” paparnya.

Karena itu, ketika berbuka, ia meminta agar masyarakat dapat mengonsumsi makanan yang bisa memberikan glukosa dalam waktu cepat. Seperti sunah yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam berpuasa, kurma dapat menjadi pilihan.

“Setelah makanan pembuka, konsumsi dapat diikuti makanan yang lebih padat energi, cairan, dan vitamin, seperti salad buah dan sup sayur. Dan pastikan ketika berbuka puasa mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak untuk menggantikan kekurangan cairan waktu siang,” tukasnya.

Sayangnya, ia melihat bagaimana fenomena lapar mata masih banyak terjadi dimana masyarakat membeli dan mengonsumsi makanan ketika berbuka dalam kadar berlebihan.

“Puasa yang seharusnya menjadi ajang menyehatkan diri, justru sebaliknya,” ujarnya miris.

Lapar mata, menurutnya, disebabkan karena dalam kondisi lapar, otak akan mengirim sinyal untuk makan. Sehingga seringkali timbul keinginan untuk mengonsumsi makanan yang dianggap enak. Jika lapar mata ini dibiarkan dan dituruti, maka konsumsi akan menjadi lebih banyak daripada seharusnya dan menyebabkan peningkatan berat badan.

“Untuk itu, perlu kemampuan untuk menahan diri dari lapar mata dan ngidam selama puasa agar lebih bisa mengatur jumlah kalori yang masuk dalam tubuh,” ucapnya.

Karenanya, ia berpesan untuk mengonsumsi makanan dengan prinsip gizi seimbang ketika berpuasa dan jangan makan berlebihan karena lapar mata. Selain itu, konsumsi cairan yang memadai agar tidak dehidrasi juga harus terpenuhi.

“Jangan lupa, perbanyak konsumsi sayur dan buah agar kebutuhan serat, vitamin, dan mineral harian dapat terpenuhi,” pungkasnya.

(mar/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular