
BANYUWANGI, CAKRAWARTA.com – Pagi belum sepenuhnya terik ketika rombongan pejabat pusat dan daerah menyusuri dermaga Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi. Di selat sempit yang memisahkan Jawa dan Bali itu, denyut pergerakan manusia dan kendaraan menjadi penanda penting akhir tahun. Pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, pelabuhan ini kembali menjadi salah satu simpul paling krusial dalam peta mobilitas nasional.
Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), hadir untuk memastikan kesiapsiagaan di lapangan. Ia didampingi Brigadir Jenderal TNI Zainul Bahar, Kepala Staf Kodam V/Brawijaya, dalam kunjungan kerja yang berlangsung Senin (29/12/2025). Keduanya meninjau kesiapan personel, armada, dan sarana pendukung di jalur penyeberangan tersibuk Jawa-Bali itu.
Rombongan disambut jajaran pimpinan daerah, mulai dari Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani hingga unsur TNI-Polri setempat. Kehadiran mereka menandai keseriusan lintas lembaga dalam mengantisipasi lonjakan arus penumpang dan kendaraan yang diperkirakan mencapai puncaknya beberapa hari setelah pergantian tahun.
Di area pelabuhan, rapat koordinasi digelar. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Banyuwangi turut hadir. Forum tersebut menjadi ruang menyatukan langkah, terutama di tengah potensi cuaca ekstrem yang kerap menyertai musim liburan akhir tahun.
General Manager ASDP Ketapang Banyuwangi, Adi Eka Pati, memaparkan kesiapan operasional. Sebanyak 55 kapal dan 17 dermaga disiagakan. Sejumlah langkah antisipatif disiapkan, termasuk buffer zone di Terminal Sritanjung dan GWD, guna menahan penumpukan kendaraan apabila terjadi lonjakan arus penyeberangan.
“Puncak arus diperkirakan terjadi pada H+3,” kata Adi, seraya menegaskan pentingnya disiplin pengaturan lalu lintas dan kesiapan petugas di lapangan.
Gubernur Khofifah dalam arahannya menekankan pentingnya keselamatan sebagai prioritas utama. Ia mengingatkan seluruh pihak untuk waspada terhadap dinamika cuaca dan mendorong pendekatan kultural kepada masyarakat. “Keselamatan harus menjadi budaya bersama,” ujarnya, sembari mengimbau daerah mengganti perayaan kembang api dengan doa bersama.
Bagi Basarnas, operasi Nataru bukan sekadar agenda rutin tahunan. Marsekal Madya Mohammad Syafii menegaskan bahwa setiap akhir tahun selalu membawa tantangan baru. “Ini kegiatan rutin nasional, tetapi kewaspadaan tidak boleh menurun. Sinergi semua elemen adalah kunci, karena keselamatan masyarakat adalah tanggung jawab bersama,” katanya.
Kasdam V/Brawijaya Brigjen TNI Zainul Bahar menambahkan, koordinasi lintas lembaga harus terus diperkuat, terutama di wilayah-wilayah strategis seperti Ketapang. Menurutnya, peran TNI tidak hanya pada aspek pengamanan, tetapi juga mendukung kesiapsiagaan kemanusiaan ketika situasi darurat terjadi.
Di pelabuhan yang menjadi gerbang utama Jawa-Bali itu, kesiapsiagaan bukan sekadar soal kapal dan dermaga. Ia adalah tentang kehadiran negara di tengah arus manusia yang bergerak pulang, berlibur, dan berharap tiba dengan selamat di tujuan.(*)
Kontributor: Bambang
Editor: Abdel Rafi



