
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Rencana PT Michelin Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 280 karyawan mendapat sorotan dari DPR. Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher, mendukung langkah Kementerian Ketenagakerjaan yang meminta perusahaan menunda rencana itu dan membuka ruang dialog bipartit dengan para pekerja.
“Dalam situasi ekonomi global yang masih rapuh, keputusan PHK tidak boleh menjadi pilihan instan. Perusahaan dan pekerja harus duduk bersama mencari solusi terbaik,” ujar Netty di Jakarta, hari ini, Rabu (12/11/2025).
Netty menilai, industri sebesar Michelin memiliki tanggung jawab sosial yang tidak bisa diabaikan. Menurutnya, setiap keputusan bisnis harus mempertimbangkan dampak bagi ratusan keluarga yang menggantungkan hidup pada perusahaan.
“Kita memahami tekanan bisnis, tetapi jangan sampai efisiensi korporasi melahirkan beban sosial baru. Prinsip kemanusiaan dan keberlanjutan harus menjadi pijakan,” kata Netty.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini menekankan bahwa PHK adalah jalan terakhir, setelah semua opsi penyelamatan kerja ditempuh, mulai dari efisiensi internal, pengaturan ulang jam kerja, hingga rotasi posisi.
Netty juga mendesak pemerintah dan perusahaan menyiapkan program re-skilling dan up-skilling bagi pekerja yang berpotensi terdampak restrukturisasi. “Dialog yang sehat membuka ruang kompromi. Pekerja tetap punya harapan, dan perusahaan tidak kehilangan SDM berpengalaman,” ujarnya.
Ia mengingatkan agar pemerintah daerah dan Dinas Ketenagakerjaan aktif melakukan pendampingan, serta memastikan hak pekerja terlindungi bila PHK tak bisa dihindari. “Pengawasan pemerintah penting agar prosesnya transparan dan adil. Negara harus hadir dalam setiap proses, bukan sekadar menjadi penonton,” tegasnya.
Netty menambahkan, persoalan yang dihadapi Michelin patut menjadi alarm bagi sektor manufaktur nasional yang sedang tertekan oleh perlambatan ekonomi global. “Industri harus selamat, tapi pekerja tidak boleh menjadi korban pertama. Kuncinya ada pada kolaborasi dan komunikasi yang terbuka,” tutupnya.(*)
Kontributor: Ali Hasibuan
Editor: Abdel Rafi



