Sunday, October 26, 2025
spot_img
HomeSains TeknologiKesehatanWaspadai Cuaca Panas Ekstrem, Ahli UNAIR: Kulit Bisa Alami Penuaan Dini hingga...

Waspadai Cuaca Panas Ekstrem, Ahli UNAIR: Kulit Bisa Alami Penuaan Dini hingga Kanker

Ilustrasi. (gambar: tim Cakrawarta)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Cuaca panas ekstrem kembali melanda sejumlah wilayah di Indonesia dengan suhu mencapai 35 derajat Celsius. Kondisi ini bukan hanya membuat aktivitas terasa berat, tetapi juga meningkatkan risiko gangguan kesehatan, terutama pada kulit yang langsung terpapar sinar matahari.

Menanggapi hal tersebut, dr. Irmadita Citrashanty, Sp.DVE., Subsp. OBK., FINSDV., FAADV, menjelaskan bahwa suhu ekstrem dapat memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan. Salah satu dampaknya adalah risiko heat stroke akibat pelebaran pembuluh darah dan meningkatnya beban metabolik, terutama pada kelompok usia tertentu.

“Lonjakan suhu ekstrem bisa memicu gangguan kesehatan serius. Pada beberapa orang, terutama lansia, paparan panas berlebih dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan sistem sirkulasi,” ujar dr. Irmadita, Selasa (21/10/2025).

Menurutnya, dalam jangka pendek paparan sinar matahari berlebihan dapat menyebabkan kulit kering, dehidrasi, dan keringat buntet (miliaria) akibat produksi keringat berlebih yang menyumbat pori-pori. Namun, dampak jangka panjang jauh lebih berbahaya.

“Paparan sinar matahari ekstrem yang terus-menerus bisa mempercepat penuaan dini, seperti munculnya flek hitam (hiperpigmentasi), kerutan halus, dan sunburn atau kulit terbakar. Bahkan dalam kasus tertentu, bisa meningkatkan risiko kanker kulit,” jelasnya.

Meski Indonesia merupakan negara tropis yang sulit menghindari paparan matahari, dr. Irmadita menekankan pentingnya perlindungan kulit agar terhindar dari kerusakan akibat suhu ekstrem.

Dokter dan Dosen FK UNAIR, dr. Irmadita Citrashanty, Sp.DVE., Subsp. OBK., FINSDV., FAADV. (foto: dokumen pribadi)

“Hindari beraktivitas di bawah sinar matahari langsung pada jam dengan indeks UV tinggi, gunakan tabir surya dengan SPF minimal 50, dan lakukan reapply setiap 2–3 jam,” sarannya. “Jika harus berada di luar ruangan, kenakan pakaian berlengan panjang, topi, atau payung, serta pastikan hidrasi tubuh cukup dengan banyak minum air,” tambahnya.

Bagi mereka yang sudah terpapar panas ekstrem, dr. Irmadita menyarankan penanganan sederhana untuk menenangkan kulit. “Gunakan kipas angin untuk menurunkan suhu tubuh, kompres wajah atau badan dengan air dingin, dan aplikasikan masker wajah dengan kandungan aloe vera untuk meredakan iritasi,” ujarnya.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa fenomena suhu ekstrem merupakan bagian dari perubahan iklim global yang perlu disikapi dengan kesadaran menjaga kesehatan.

“Kulit adalah organ tubuh terluar sekaligus pelindung utama. Karena itu, pemahaman untuk merawat dan melindungi kulit dari paparan sinar matahari sangat penting agar tetap sehat di tengah perubahan iklim yang makin ekstrem,” pungkas wanita yang juga Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) itu.(*)

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular