Monday, November 24, 2025
spot_img
HomePendidikanLangka dan Mengharukan, Anak-anak Berdesakan Membaca Buku di Kaki Gunung Salak

Langka dan Mengharukan, Anak-anak Berdesakan Membaca Buku di Kaki Gunung Salak

Anak-anak berdesakan membaca buku-buku berkualitas di markas TBM Lentera Pustaka yang terletak di kaki Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/6/2025). (foto: Syarifudin Yunus)

BOGOR, CAKRAWARTA.com – Pemandangan tak biasa terlihat di kaki Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Puluhan anak-anak tampak berdesakan bukan untuk sembako atau konser, melainkan untuk satu hal yang makin langka di era digital: membaca buku.

Fenomena ini terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka, yang secara rutin membuka layanan baca tiga kali seminggu (Rabu, Jumat, dan Minggu). Anak-anak usia sekolah dari berbagai kampung datang berbondong-bondong ke taman bacaan tersebut, mengisi ruang-ruang kecil untuk bisa membaca lembar demi lembar buku yang tersedia.

“Ini bukan antrean bantuan. Mereka berdesakan untuk membaca buku. Energi membaca seperti ini menjadi simbol kuat tumbuhnya minat baca di tengah keterbatasan,” kata Syarifudin Yunus, Pegiat Literasi dan pengelola TBM Lentera Pustaka, Sabtu (28/6/2025).

Menurut Syarifudin, kegiatan membaca di TBM Lentera Pustaka bukan sekadar aktivitas biasa. Di tengah minimnya akses buku dan masifnya gangguan gawai serta media sosial, anak-anak justru menunjukkan semangat tinggi untuk datang, membaca, dan bertanya. “Mereka tidak mengeluh soal ruang yang sempit. Mereka hanya ingin membaca,” tambahnya.

TBM Lentera Pustaka saat ini menjadi tempat berkumpulnya lebih dari 150 anak yang rutin membaca setiap pekan. Anak-anak tersebut terbiasa membaca minimal tiga kali dalam seminggu, dan membangun kebiasaan literasi yang konsisten sejak usia dini.

Kondisi berdesak-desakan ini justru menjadi cerminan kegigihan dan kecintaan terhadap buku. Meski tidak nyaman secara fisik, namun semangat anak-anak tersebut menjadi pesan kuat: literasi masih punya tempat di tengah masyarakat, bahkan di wilayah yang jauh dari pusat kota.

“Berdesak-desakan membaca buku di taman bacaan adalah bentuk perlawanan diam terhadap krisis literasi,” ungkap Syarifudin.

Ia menambahkan, membaca buku tidak hanya memperkaya kosakata, tetapi juga melatih berpikir kritis, membuka cakrawala pengetahuan, hingga menjaga kesehatan mental di tengah era penuh distraksi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa dengan dukungan yang tepat, taman bacaan masyarakat bisa menjadi simpul gerakan literasi akar rumput yang efektif dan menyentuh langsung kehidupan warga.(*)

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular