Sunday, November 23, 2025
spot_img
HomeHukumDi Balik Senyap Samarinda dan Balikpapan, Perang Sunyi Melawan Jaringan Narkoba Internasional

Di Balik Senyap Samarinda dan Balikpapan, Perang Sunyi Melawan Jaringan Narkoba Internasional

Konferensi pers Bareskrim Polri mengungkap keberhasilan mengungkap  jaringan Narkoba internasional, Jakarta, Sabtu (26/4/2025). (foto: IST)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Malam di Samarinda dan Balikpapan terasa biasa saja. Lampu kota berpendar tenang, lalu lintas berjalan santai, dan suara tawa anak-anak terdengar di sudut-sudut gang. Tak banyak yang tahu, bahwa malam itu, sebuah operasi senyap tengah berjalan—perang tanpa peluru, tapi dengan taruhan yang tak kalah besar: masa depan bangsa.

Direktorat Reserse Narkoba Polda Kalimantan Timur (Kaltim) bersama Bareskrim Polri bergerak dalam diam. Mereka memburu sesuatu yang lebih berbahaya daripada kejahatan jalanan—jaringan narkoba internasional yang menyusup lewat pelabuhan, lewat jalan tikus, lewat tangan-tangan tak terlihat.

Delapan orang akhirnya ditangkap. Tidak hanya itu, barang bukti yang diamankan mengejutkan: 35,9 kilogram sabu dan 500 gram ganja. Angka yang mungkin terlihat dingin di atas kertas, tapi bagi aparat, setiap gram adalah potensi luka—setiap paket kecil adalah masa depan anak bangsa yang hampir direnggut.

Brigjen Eko Hadi Santoso, Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, berdiri di depan para wartawan dengan ketegasan yang sulit disangkal.

“Ini bukan sekadar penangkapan. Ini bagian dari perang panjang yang harus kita menangkan. Tidak ada ruang untuk kompromi. Kami akan kejar mereka, dari hulu ke hilir,” ujarnya tegas, Sabtu (26/4/2025).

Dari pengembangan yang dilakukan, diketahui narkoba itu bukan hanya untuk konsumsi lokal. Samarinda dan Balikpapan hanyalah titik persinggahan. Barang haram ini ditujukan untuk wilayah Jawa Timur dan Sulawesi Selatan—daerah dengan populasi besar, pasar yang menggiurkan bagi sindikat.

Sebagian besar sabu yang ditemukan di Samarinda berasal dari Malinau, Kalimantan Utara. Sebagian lainnya di Balikpapan datang dari Padang, Sumatera Barat, dan Pontianak, Kalimantan Barat. Bahkan ganja yang diamankan berasal dari Medan, Sumatera Utara. Jejak distribusi ini menggambarkan betapa luas dan terorganisasinya jaringan yang harus dihadapi aparat.

“Ini sindikat besar, jaringan internasional,” kata Brigjen Eko. “Mereka berusaha menyusup lewat berbagai jalur. Tapi selama kami berdiri di sini, mereka tidak akan pernah merasa aman.”

Polda Kaltim tidak berhenti di sini. Penyelidikan dan pengembangan kasus terus berjalan. Para petugas bergerak tanpa banyak suara, tanpa banyak sorotan, karena mereka tahu: kejahatan narkoba tidak mengenal jam kerja.

Di ruang-ruang briefing, di lorong-lorong sunyi markas polisi, mereka berbagi satu tekad: mengakhiri rantai kematian ini.

Mereka yang ditangkap bukan hanya ditahan. Mereka membuka peta baru tentang bagaimana narkoba mengalir ke kota-kota kita, bagaimana generasi muda kita menjadi sasaran yang terus-menerus.

Perang ini bukan perang biasa. Tidak ada parade kemenangan. Tidak ada medali kehormatan yang langsung disematkan. Tapi bagi para polisi itu, keberhasilan menggagalkan peredaran narkoba berarti lebih dari sekadar pencapaian—itu berarti menyelamatkan keluarga, anak-anak, dan harapan.

Indonesia punya banyak musuh yang kasatmata. Tapi musuh terbesar kita kadang-kadang datang dalam bentuk tak terlihat: bubuk putih dalam plastik kecil, yang mampu menghancurkan mimpi satu bangsa.

Dan di garis depan perang sunyi ini, aparat seperti Polda Kaltim dan Bareskrim Polri berdiri tegak—dengan keberanian, kesetiaan, dan keyakinan bahwa negeri ini layak diperjuangkan.

Karena dalam perang melawan narkoba, setiap kemenangan kecil adalah nyawa yang terselamatkan. Setiap langkah maju adalah harapan yang bertahan.

(Reza/Tommy/Rafel)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular