SURABAYA– Cak Nun, sapaan Emha Ainun Najib, mengajak hadirin berdiskusi seputar tema kedaulatan. Ia hadir di Surabaya dalam sebuah acara yang dikemas dalam agenda “Sinau Kedaulatan” hasil kerjasama BEM FISIP Unair dan Komunitas BangbangWetan.
Kedaulatan merupakan terma yang acapkali dikaitkan dengan aspek kenegaraan dan pemerintah. Akan tetapi, bagaimana jika terma tersebut diturunkan ke dalam skala yang lebih kecil, khususnya dalam hal kedaulatan ekonomi maupun individu? Apakah makna tersebut masih relevan? Kedaulatan seperti apa yang dimaksud?
Dalam kesempatan itu, Cak Nun mengajak para hadirin untuk berfikir tentang upaya menumbuhkan kedaulatan, dalam urusan yang paling kecil yaitu kedaulatan individu. Para hadirin diajak berdialog melalui praktek yang nyata mengenai contoh dari definisi “demokrasi”, adzan, dan berjoget yang kesemuanya dianggap tidak sesuai dengan kedaulatan seseorang. Artinya selama ini, kebanyakan dari kita mengikuti hal-hal yang umum dilakukan orang lain tanpa mengetahui apakah kita yakin dengan apa yang kita kerjakan. Bagaimana kita yakin bahwa makna demokrasi berasal dari buku ataupun penjelasan guru maupun dosen yang hingga kini belum kita yakini kebenarannya. Dus, Cak Nun mengajak hadirin berfikir ulang, bagaimana menumbuhkan kedaulatan dari hal yang paling kecil, yaitu kedaulatan individu. Bahwa kedaulatan tidak hanya meliputi wilayah dan pemerintah, akan tetapi peran masyarakat dalam setiap kepentingan yang berhubungan dengan kedaulatan itu sendiri jauh lebih urgen.
Sinau Kedaulatan kali ini lebih menarik, dengan kehadiran Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf. Gus Ipul sapaan akrab beliau hadir dengan guyonan khasnya sehingga menambah semarak acara. Pada awal pembicaraan Cak Nun berkali-kali mengulas tentang bagaimana Indonesia mampu menerjemahkan dunia, akan tetapi dunia tidak mampu menerjemahkan Indonesia.
Kebanggaan terhadap Indonesia melalui berbagai ciri khas dan budayanya membuat Indonesia bertahan hingga saat ini dari segala bentuk perpecahan sebagaimana yang terjadi di tempat-tempat lain. Kiranya melalui forum Maiyah yang digagas kurang lebih dari dua puluh tahun tersebut mampu menjadi alat yang mampu merangkul masyarakat dari berbagai lapisan melalui berbagai diskusi, banyolan, senda gurau dan juga sholawat.
“Kita tidak mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, tapi mencari apa itu kebenaran,” ujar Cak Nun pada ribuan peserta Sinau Kedaulatan.
Sinau Kedaulatan yang diadakan di depan parkir gedung Magister Manajemen Kampus B Unair ini juga dimeriahkan dengan stan penjualan makanan dan minuman dari himpunan mahasiswa setiap jurusan di FISIP Unair, kiai kanjeng, penampilan hiburan dari Sanggar Pandhawa, tari Bujang Ganong, Accoustic Band, dan tari saman. ke-Indonesia-an diterjemahkan dengan cara yang tidak perlu mengernyitkan kening. (MATs).