Saturday, April 27, 2024
HomeGagasanKenapa Turki Ditolak di Forum Ekonomi Dunia?

Kenapa Turki Ditolak di Forum Ekonomi Dunia?

Menyaksikan sebuah video tentang ucapan pemimpin Turki, yaitu Tayyip Erdogan kepada Perdana Menteri Israel Shimon Peres buat saya mengingatkan akan kebesaran dua pemimpin dunia yang telah tiada.

Dua pemimpin dunia yang saya maksudkan itu adalah mantan Presiden Indonesia, Soekarno. Seorang lagi adalah Saddam Hussein, mantan Presiden Irak.

Tayangan video Presiden Turki terjadi di Davos, Swiss, bulan Januari 2009, ketika berlangsung pertemuan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum).

Saya menyaksikan Erdogan sangat berani mengeritik tajam kebijakan Israel di wilayah Palestina. Sudah tentu ini pulalah yang menyebabkan Turki belum juga diterima sebagai anggota Forum Ekonomi Dunia.

Erdogan sangat marah dan berkali-kali mengungkapkan di forum itu kekejaman yang dilakukan tentara Israel membunuh anak-anak Palestina. Kritik tajam Erdorgan membuat moderator dialog itu berusaha mengingatkan Erdorgan, tetapi tetap saja orang kuat di Turki itu meneruskan kecamannya hingga ia selesai berkomentar. Apa yang dilakukan Erdorgan selanjutnya? Ia berdiri dan langsung meninggalkan forum.

Memang di sesi dialog itu tidak kelihatan wakil dari Amerika Serikat yang selama ini mendukung Israel, tetapi yang banyak bersuara menolak Turki masuk jadi anggota adalah Belanda dan Jerman.

Kalau kita kaitkan dengan kudeta militer yang gagal di Turki pada 15-16 Juli 2016 lalu, saya rasa masih berkaitan dengan ucapan Erdogan mengecam keras Israel di Davos itu. Karena bagaimanapun cepat atau lambat Erdogan harus disingkirkan.

Sepertinya bukan hanya Erdogan akan mengalami hal itu. Presiden Republik Indonesia, Soekarno juga mengalami penyingkiran karena terlalu keras mengecam Amerika Serikat. Semboyan Bung Karno waktu itu, “Amerika kita seterika. Inggeris, kita linggis.”

Ketika terjadi peristiwa Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat, Bung Karno marah karena PRRI mendapat bantuan persenjataan dari Amerika Serikat. Suatu ketika Menteri Luar Negeri PRRI, Maludin Simbolon diajak bicara oleh seorang agen rahasia Amerika Serikat dan menawarkan agar Simbolon mau mengebom perusahaan minyak Amerika Serikat, Caltex di Riau agar jika dibom, ada alasan pasukan Amerika Serikar masuk ke Indonesia, sekaligus menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno. Simbolon menolak. Menurut saya, rasa nasionalisme para pemimpin PRRI itu masih tinggi.

Pemimpin PRRI itu semuanya militer. Saya dua kali bertemu Ahmad Husein, pemimpin PRRI. “Saya bukan pemberontak. Tujuan kami, jangan sampai Bung Karno terlalu dekat dengan PKI,” ujarnya kepada saya.

Demikian pula dengan nasib mantan Presiden Irak Saddam Hussein. Dua kali saya ke Irak, tahun 1992 dan 2014. Yang saya saksikan adalah penderitaan rakyat Irak. Saddam digantung. Menurut saya, ia terlalu banyak mengetahui persenjataan Amerika Serikat, karena sewaktu Perang Irak-Iran, Amerika Serikat banyak membantu persenjataan ke Irak.

DASMAN DJAMALUDDIN

Penulis dan Jurnalis Senior

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular