
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Relawan Kesehatan (REKAN) Indonesia menegaskan pentingnya menjaga kedaulatan sistem kesehatan nasional dari dominasi kepentingan global. Hal itu disampaikan dalam diskusi bertajuk “Menolak Penjajahan Kesehatan Gaya Baru” yang digelar di Kantor REKAN Indonesia, Pejaten Barat, Jakarta Selatan, hari ini, Sabtu (31/5/2025).
Dalam forum tersebut, pemantik diskusi utama yaitu Komjen Pol (Purn) Dharma Pangrekun mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap model liberalisasi kesehatan yang menurutnya berpotensi menghilangkan kendali rakyat atas tubuh dan kehidupan mereka.
“Jangan mudah percaya pada narasi kesehatan global. Di balik isu-isu itu, ada skema besar untuk menjadikan manusia sebagai objek pasar,” kata Dharma di hadapan para peserta diskusi.
Mantan Calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024 itu menyebutkan bahwa sistem kesehatan saat ini tengah bergeser dari pelayanan berbasis nilai kemanusiaan menjadi ladang bisnis yang menomorsatukan keuntungan.
“Tubuh kita perlahan dijadikan komoditas. Inilah penjajahan dalam bentuk paling halus, tapi paling mematikan,” tegasnya.
Senada dengan itu, Ketua Umum REKAN Indonesia, Agung Nugroho, menyampaikan bahwa kedaulatan kesehatan merupakan bagian penting dari kedaulatan bangsa. Jika rakyat tidak lagi memiliki kontrol atas tubuh dan kesehatannya, maka hak dasar mereka terancam hilang.
“Perjuangan rakyat tidak boleh berhenti hanya di bidang ekonomi dan politik. Kesehatan adalah medan juang yang tak kalah penting,” ujar Agung.
Melalui forum ini, REKAN Indonesia menyerukan tiga hal utama:
- Membangkitkan kesadaran politik kesehatan mulai dari lingkungan keluarga.
- Menolak sistem kesehatan yang tunduk pada kepentingan pasar global.
- Membangun kekuatan rakyat untuk menjaga hak atas hidup sehat dan bermartabat.
Agung pun memastikan bahwa REKAN Indonesia akan terus berada di garis depan dalam membela hak rakyat atas layanan kesehatan yang adil dan merdeka.
“Kesehatan bukan komoditas. Kesehatan adalah hak dasar. Dan kami akan terus memperjuangkannya,” tandas Agung.(*)
Editor: Abdel Rafi