
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Di tengah dunia yang terbelah oleh prasangka, Jakarta Timur justru merajut persatuan dari rumah ibadah. Di sinilah nilai kebangsaan dan demokrasi bersua dalam wujud paling mulia: silaturahmi lintas iman.
Sabtu (31/5/2025) pagi, Gereja Kalvari yang terletak di Jalan Masjid Al-Umar 2, Lubang Buaya, Jakarta Timur, tak hanya dipenuhi jemaat. Rumah ibadah itu menjelma menjadi ruang kebangsaan -tempat di mana pemuka agama dari berbagai keyakinan duduk berdampingan, menyatukan tekad untuk menjaga kedamaian.
Gema kasih dan persaudaraan tak hanya terdengar dari mimbar gereja, tapi dari salam yang menyatukan: “Selamat pagi, Assalamualaikum, Shalom.”
Acara bertajuk “Silaturahmi Lintas Agama dan Tokoh Masyarakat” ini bukanlah seremoni biasa. Ia adalah perwujudan nyata semangat Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dari Masjid ke Gereja, dari Pesantren ke Kantor Pemerintahan -semua elemen hadir untuk satu tujuan: merawat Indonesia sebagai tanah damai dan rumah bersama.
Hadir dalam kegiatan tersebut sejumlah tokoh penting, di antaranya Wali Kota Jakarta Timur H. Munjirin, Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol. Nicolas Ary Lilipaly, Dandim 0505/Jakarta Timur Letkol Inf. Nelson Paido Makmur, Ketua FKUB Jakarta Timur K.H. Ma’arif Fuadi, serta pimpinan pondok pesantren dan gereja yang ada di wilayah Cipayung.
Tak ada protokoler yang kaku. Tak ada kursi yang dibedakan. Di ruangan itu, pejabat duduk berdampingan dengan ulama dan pastor. Santri menyalami suster, anggota TNI berdialog dengan pemuda gereja. Jakarta Timur hari itu bukan hanya administratif wilayah, tapi miniatur ideal dari Indonesia yang damai.
Romo Verdinan, dalam sambutannya, menyampaikan haru dan bangga.
“Kami merasa tidak hanya dikunjungi, tapi dipeluk oleh saudara sebangsa. Ini bukan tentang siapa agamamu, tapi tentang bagaimana kita menjaga Indonesia agar tetap rukun dan bersatu,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Dalam suasana penuh kehangatan itu, Wali Kota Jakarta Timur, H. Munjirin, menegaskan bahwa kegiatan lintas iman harus menjadi agenda rutin dan tidak berhenti hanya sebagai simbol.
“Gereja, Masjid, Pesantren, Pura, Vihara -semua adalah pilar bangsa. Jakarta Timur adalah rumah bersama. Dan rumah hanya akan berdiri kokoh jika semua penyangganya kuat,” tegas Munjirin.
Senada dengan itu, Dandim Letkol Inf. Nelson Paido Makmur menekankan pentingnya kolaborasi seluruh elemen untuk menjaga demokrasi yang damai dan substansial.
“Persatuan tak bisa dibebankan hanya pada aparat atau satu kelompok agama. Jika tokoh agama bersatu, maka masyarakat akan tenang, dan demokrasi akan hidup dengan sehat,” tegasnya.
Sementara Kapolres Kombes Nicolas Ary Lilipaly menambahkan bahwa harmoni sosial adalah fondasi utama keamanan nasional.
“Hari ini, silaturahmi ini adalah bukti: kita bisa berbeda tanpa bermusuhan, dan kita bisa bersatu tanpa harus seragam,” ujarnya.
Kegiatan silaturahmi lintas agama ini bukan hanya wujud kerukunan sosial, tetapi juga pemenuhan nilai luhur konstitusi. Sebab, dalam Pasal 28E dan Pasal 29 UUD 1945, kebebasan beragama dan hidup dalam damai adalah hak setiap warga negara.
Bagi para pemimpin Jakarta Timur yang hadir, kegiatan ini adalah cara konkret mewujudkan sila ketiga Pancasila: Persatuan Indonesia.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama lintas agama. Tak ada yang merasa paling benar, tak ada yang merasa didominasi. Semua berdiri sejajar, sebagai warga negara Indonesia, sebagai manusia yang menjunjung damai dan toleransi.
Di tengah dunia yang kerap diguncang intoleransi dan konflik, Jakarta Timur hari itu menunjukkan wajah Indonesia yang sejati: beragam tapi bersaudara, berbeda tetapi saling menjaga.(*)
Editor: Tommy