
ISLAMABAD, CAKRAWARTA.com – Satu pertanyaan besar mengemuka di Rector’s Conference 2025 yang berlangsung di OIC-COMSTECH Secretariat, Islamabad, pada Rabu (3/12/2025) yaitu mengapa Universitas Airlangga (UNAIR) kian mendapat perhatian di panggung pendidikan tinggi internasional?
Jawabannya tampak jelas dari cara UNAIR mengambil peran sentral dalam forum yang mempertemukan pemimpin perguruan tinggi negara-negara OKI itu. Bukan sekadar hadir, UNAIR tampil sebagai institusi yang membawa gagasan, memimpin dialog, dan menawarkan model kolaborasi baru dalam riset global.
Delegasi UNAIR terdiri dari Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Pengabdian Masyarakat, Prof. Dr. Muhammad Miftahussurur, SpPD-KGEH., PhD., Executive Secretary WUACD Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, MSi., serta Ketua LPJPHKI Prof. Ferry Efendi, SKep., Ns., MSc., PhD. Mereka tak hanya membawa mandat teknis, tetapi juga membawa narasi besar bahwa Indonesia adalah pemain serius dalam ekosistem inovasi dunia.
Forum dibuka oleh Coordinator General COMSTECH, HE Prof. Dr. M. Iqbal Choudhary, yang menegaskan pentingnya memperkuat kolaborasi sains dan teknologi antarnegara. Dalam konteks itu, UNAIR menempati posisi menarik sebagai sebuah universitas dari Asia Tenggara yang menunjukkan kemampuan menembus kompetisi global melalui riset transdisipliner, hilirisasi inovasi, dan penguatan jejaring internasional.
Dalam sesi Introduction of International Universities, UNAIR memaparkan transformasi akademik yang tengah berlangsung yaitu peningkatan mutu publikasi ilmiah, akselerasi inovasi, serta perluasan kerja sama global.
“UNAIR memandang COMSTECH sebagai platform strategis untuk memperluas kolaborasi riset, mobilitas akademik, dan pengembangan talenta berbasis sains. Inisiatif ini memperkuat kapasitas talenta sekaligus mempertegas kehadiran Indonesia di jejaring pendidikan tinggi internasional,” ujar Miftah langsung dari Islamabad, Pakistan.
Pemaparan itu menjadi salah satu momen ketika peserta konferensi mulai melihat UNAIR sebagai institusi yang bukan hanya berkembang, tetapi bersiap memimpin.
Riset Harus Mengalir ke Masyarakat
Salah satu alasan dunia mulai melirik UNAIR tampak pada sesi yang dipandu Executive Secretary WUACD, Ni Nyoman Tri Puspaningsih. Ia menjelaskan bagaimana WUACD sebagai jaringan internasional yang dipimpin UNAIR, telah mendorong riset agar tidak berhenti di publikasi, tetapi bertransformasi menjadi program pembangunan masyarakat.

WUACD dan COMSTECH, ujarnya, memiliki irisan misi yang kuat. Karena itu, kolaborasi di masa depan diarahkan pada program pengabdian masyarakat berbasis riset; capacity building antarnegara; pemberdayaan komunitas melalui inovasi teknologi, serta proyek multidisiplin lintas jaringan universitas.
“Kolaborasi ini memastikan riset tidak hanya menghasilkan artikel, tetapi membawa perubahan nyata bagi komunitas. Inilah arah baru pendidikan tinggi global, dan UNAIR ingin menjadi bagian penting dari gerakan itu,” kata Ni Nyoman sapaan akrabnya.
Dalam annual meeting, isu strategis lain muncul yakni talent mobility dan manajemen talenta riset internasional. Di sinilah UNAIR menonjol kembali. Delegasi UNAIR menekankan perlunya pendekatan komprehensif untuk mengidentifikasi, membina, dan menggerakkan talenta akademik lintas negara, termasuk memanfaatkan jaringan diaspora ilmuwan Indonesia.
Pendekatan tersebut mencerminkan tren global yang mengarah pada jejaring riset kolaboratif dan innovation ecosystems yang melampaui batas negara.
Dari rangkaian dialog, paparan, dan komitmen kolaboratif di Islamabad, gambaran besar itu semakin nyata bahwa dunia mulai melirik UNAIR karena universitas ini muncul sebagai aktor yang mampu memadukan riset, inovasi, dan pengabdian masyarakat dalam satu kerangka global yang visioner. UNAIR tidak hanya mengikuti percakapan internasional, melainkan ikut membentuknya.(*)
Kontributor: PKIP
Editor:Tommy dan Abdel Rafi



