Tuesday, November 18, 2025
spot_img
HomeGagasanMarsinah, Pahlawan Nasional Termuda

Marsinah, Pahlawan Nasional Termuda

Marsinah menjadi salah satu nama yang diberi gelar pahlawan nasional oleh Presiden RI di Istana Merdeka Jakarta, Senin (10/11/2025) lalu. Selain nama Gus Dur, Soeharto, Mochtar Kusumaatmaja, Rahmah El-Yunusiyah, Sarwo Edhi Wibowo, Sultan Salahuddin, Syaikhona Kholil, Tuan Rondahaim Saragih dan Zainal Abidin Syah. Penobatan itu tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 116/TK/2025 tanggal 6 November 2025.
Nama Marsinah merujuk kepada tokoh aktivis buruh asli Desa Nglundo Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Dia dibunuh di usia masih muda 24 tahun. Saat dia getol memperjuangkan hak-hak kaumnya. Jenasahnya ditemukan di tengah hutan Wilangan Nganjuk.
Perempuan kelahiran 10 April 1969 ini anak kedua dari pasangan Astin dan Sumini. Dia gadis desa yang ingin sekedar mengubah nasib di kota. Saat itu dia menjadi buruh di pabrik arloji PT Catur Putra Surya Sidoarjo.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf (2025) mengakui perjuangan Marsinah. Perempuan ini diidentifikasi sebagai simbol keberanian yang sederhana tetapi menggetarkan dan mengguncangkan hati nurani. Bahwa keringat manusia harus diberi upah yang sesuai. Meskipun dengan keberanian itu Marsinah harus kehilangan nyawa.
Sosok Marsinah dinyatakan hilang tanggal 5 Mei 1993. Beberapa hari sebelumnya, dia mengkoordinir sesama kaum buruh untuk melakukan unjuk rasa demi menuntut kenaikan upah. Dia meninggal dunia tanggal 8 Mei 1993.
Kasus pembunuhan aktivis Marsinah menjadi perhatian dunia internasional. Pembunuhan ini dicatat oleh International Labour Organization (ILO) dengan nomor 1773. Tidak heran jika kemudian di tahun 1993 itu juga, nama Marsinah diberi penghargaan Yap Thiam Hien.
Majalah Tempo edisi Oktober 1993 menurunkan laporan investigasi kasus pembunuhan Marsinah ini. Penerbit Surabaya Metropolitan Pers menerbitkan laporan serupa dalam bentuk buku berjudul Marsinah, Buruh Kecil Korban Pembunuhan.
Hal yang sama dilakukan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Jakarta dengan melakukan investigasi independen dan diterbitkan menjadi buku “Marsinah: Campur Tangan Militer dan Politik Perburuhan” (1999). Bahkan sutradara Slamet Rahardjo Djarot membuat film berjudul “Marsinah, Cry Justice” (2002).
Penganugerahan nama Marsinah sebagai pahlawan nasional memberikan beberapa rekor catatan sejarah penting. Dia menjadi pahlawan nasional pertama yang kejuangannya spesifik membela kaum buruh. Tidak heran jika semua organisasi buruh di Indonesia mendukung keputusan ini.
Sebagaimana pendapat Didik Parjogi (2025), sejarawan Universitas Indonesia, penetapan Marsinah sebagai pahlawan nasional menjadi history from low. Ini karena latar belakang keluarganya yang serba kekurangan dan tinggal di desa. Sebagaimana keterangan Marsini (2025), kakak kandung Marsinah, saat kecil, Marsinah berjualan gorengan ke sekolah dan tinggal dengan kakek-nenek. Setelah ayahnya menikah lagi pasca ibunya meninggal dunia.
Nama Marsinah juga akan meningkatkan prosentasi kaum perempuan yang dinobatkan jadi pahlawan nasional. Data Kementerian Sosial per 10 Oktober 2025, dari 206 pahlawan nasional yang sudah ditetapkan, hanya 16 nama dari kaum perempuan. Artinya baru hanya sekitar 7,76%.
Hingga meninggal dunia, Marsinah terdeteksi belum menikah. Itu artinya masih berstatus bujang dan belum memiliki keturunan. Marsinah hanya meninggalkan ahli waris dari jalur saudara kandung. Sedangkan nama-nama pahlawan nasional mayoritas memiliki pasangan dan keturunan. Sangat sedikit sekali nama pahlawan nasional yang belum menikah.
Hal ini membawa konsekuensi dari sisi ahli waris. Ini karena pemerintah akan memberikan tali asih setiap tahun kepada ahli waris keluarga pahlawan nasional. Tentu ini sudah dicarikan solusi dan disiapkan dokumen pendukung oleh tim pengusul dan sudah diverifikasi dari tim pusat.
Khusus bagi warga kabupaten Nganjuk, Marsinah menjadi pahlawan nasional yang pertama. Meski nama dr. Soetomo sudah ditetapkan menjadi pahlawan nasional tahun 1961, namun makam pahlawan kelahiran Ngepeh Loceret (Nganjuk) ini di Surabaya. Keberadaan makam Marsinah di kampung kelahirannya akan mempermudah warga Nganjuk untuk berziarah dan meneladani semangat kepahlawannya.
Inilah yang menjadi berbagai catatan sejarah setelah Marsinah diberi gelar pahlawan nasional. Ke depan sudah menjadi tugas bersama agar berbagai keteladanan yang sudah dicontohkan Marsinah bisa diwarisi dan diteruskan oleh generasi muda. Semoga.
MUKANI
Dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk
RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular