SINGAPURA – Puluhan piring berisi kudapan lumpia dan klepon terlihat di tengah keriuhan para mahasiswa dari berbagai negara di Aula Nanyang Technological University, Singapura, pada Kamis (26/10/2023).
Lumpia dan klepon itu ditawarkan oleh 25 orang mahasiswa Indonesia yang sednag menjalani program IISMA (Indonesia International Student Mobility Award) di Nanyang Technological University (NTU) Singapura. Para mahasiswa IISMA tersebut sedang menjadi duta Indonesia pada pameran pendidikan internasional yang dilakukan NTU. Pameran ini bertujuan mempromosikan negara atau kampus untuk menjadi tujuan mahasiswa NTU melakukan program perturakaran mahasiswa.
“Selama empat tahun masa studi, mahasiswa NTU wajib melakukan kegiatan yang terkait internasionalisasi, termasuk salah satunya, pertukaran mahasiswa ke negara lain di luar Singapura,” jelas Chintya, koordinator mahasiswa IISMA NTU tahun 2023.
Karena itu, lanjut Chintya, mahasiswa IISMA di NTU melakukan promosi pendidikan di Indonesia agar para mahasiswa NTU tersebut tertarik untuk memilih kampus di Indonesia. Mereka memetakan program internasional di kampus-kampus di Indonesia dan mempromosikan itu kepada pengunjung. “Banyak dari mereka yang tahu Indonesia sebatas Bali, Yogjakarta, Jakarta atau Batam. Padahal Indonesia sangat luas dan beragam,” jelas Chintya lagi.
Untuk menarik perhatian dan menambah pengetahuan mengenai Indonesia, mahasiswa IISMA ini melakukan diplomasi lumpia. Mereka sengaja mengirimkan lumpia mentah dari Semarang dan kemudian digoreng serta disajikan di acara ini. Sambil menawarkan lumpia, mereka menjelaskan mengenai Semarang, kemudian potensi pendidikan di Semarang, serta kemudian berlanjut ke hal-hal lain, semisal mengenai cabai, sambal dan makanan Indonesia secara umum.
“Gastromacy, atau gastro-diplomacy adalah salah satu cara ampuh untuk dalam diplomasi internasional,” puji Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura, IGAK Satrya Wibawa, yang didapuk menjadi Guest of Honour untuk Indonesia dalam acara tersebut.
“Keberagaman Indonesia dapat terwakili dan dijelaskan melalui makanan, seperti keberagaman sambal atau soto yang mewakili keunikan budaya masing-masing,” lanjut Satrya lagi.
Informasi mengenai makanan kemudian dapat berlanjut pada informasi mengenai daerah serta tentu saja potensi pendidikan di daerah tersebut.
“Sehingga, masyarakat internasional tidak hanya tahu Bali, yogja, Jakarta atau daerah waisata terkebal saja, tapi juga memahami ada banyak aspek pendidikan yang ditawarkan di Indonesia yang tidak dimiliki negara lain karena kita punya kekayaan alam,” jelas Satrya sambil mencontohkan riset laut dalam yang sedang dijajaki antara Singapura dan Indonesia di palung Sulawesi tahun depan.
Program IISMA adalah salah satu program andalam kementrian pendidikan, kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk memberikan peluang mahasiswa studi selama satu semester di universitas ternama di dunia. Data terakhir pada Desember 2022 menunjukkan ada 1559 penerima beasiswa ini, terdaftar pada 110 universitas di 26 negara. Sejak diluncurkannya program ini, sudah ada 2554 alumni yang kemudian berjejaring dan membantu program ini secara simultan. Mahasiswa yang menjalani program ini akan mendapat sks setara dengan 20 kredit dan dibiayai secara penuh oleh kementrian.
(rils/rafel)