Wednesday, April 17, 2024
HomePolitikaDaerahKecewa PPDB, Inilah Surat Terbuka Seorang Ibu Kepada Anies Baswedan

Kecewa PPDB, Inilah Surat Terbuka Seorang Ibu Kepada Anies Baswedan

ilustrasi. (foto: istimewa)

 

JAKARTA – Kecewa dengan kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun 2020 di Jakarta, seorang pendukung dan pemilih Anies Baswedan memilih menulis surat terbuka. Ia menyatakan tidak habis pikir dengan prioritas penerimaan peserta didik baru dengan usia lebih tua yang dikeluarkan Anies Baswedan.

Seseorang yang menamakan dirinya sebagai Rara dan merupakan seorang ibu dari anak yang tahun ini akan masuk sekolah menilai SK Gubernur DKI Nomor 501 Tahun 2020 dianggap melenceng dari Permendikbud Nomor 44 Tahun 2019. Karena keluhannya bersama beberapa orang tua lainnya seolah tidak digubris, ia memutuskan untuk menulis surat terbuka. Berikut surat terbuka tersebut:

Dear, Pak Anies Baswedan Anies Baswedan
Gubernur terbaik saat ini dalam pikiran saya.

Mohon dengarkanlah kisah pilu orangtua siswa dan anaknya hari ini, Pak.

Saya paham bahwa sejak tahun 2018, Bapak terus mengambil langkah yang berbeda dengan pemerintah pusat terkait pendidikan di DKI Jakarta. Tahun lalu pun, Bapak mengambil langkah untuk menggunakan sistem zonasi jalur/jarak namun menjadikan nilai UN sebagai syarat kedua, bukan usia.

Saat itulah orangtua murid mulai mempersiapkan anaknya yang akan menjumpai kelulusan di tahun berikutnya. Mereka rela bersusah payah memberikan pendidikan tambahan untuk putera-puterinya, karena ada harapan bahwa prestasi anaknya akan membuat anaknya lolos masuk sekolah negeri.

Berbagai les dan tutorial tambahan diikuti, tentu dengan harga yang tidak murah. Berbagai sarana dan prasarana tambahan pun dipenuhi. Demi, agar, supaya sang anak bisa mengikuti pelajaran dengan sebaik-baiknya. Tentu hal ini menyedot sumber daya yang juga tidak murah. Terlebih ketika sistem Pembelajaran Jarak Jauh diterapkan. Banyak yang rela mengurangi asupan makanan demi membeli kuota internet, laptop, hp tambahan, dll agar sang anak bisa lanjut belajar.

Tapi setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Meski darah dan keringat deras taruhannya.

Pak Anies.
Covid-19 telah memukul telak sebagian besar dari kita. Orangtua yang dulu berjaya, mungkin kini terpuruk karena terkena imbas dari Korona. Beberapa malah ada yang menjadi korban PHK. Namun dengan segala daya dan upaya mereka tetap berusaha memenuhi hak belajar anaknya. Meski perih dan tertatih, kebutuhan anak tetap yang paling utama.

Masuk sekolah negeri bukan lagi menjadi pilihan bagi anak dalam keluarga ini, melainkan kebutuhan. Orangtua menggenjot prestasi anaknya agar tak perlu mengeluarkan biaya besar untuk masuk swasta. Bukan karena tak mau, tapi karena sudah tidak mampu.

Tapi apa lacur?
Lagi-lagi Bapak menjadi pembeda. Malah tak tanggung-tanggung. Secara mendadak Bapak malah mengeluarkan aturan yang mengutamakan usia daripada prestasi. Usiapun menjadi syarat utama PPDB DKI Jakarta, bukan syarat kedua. Menggeser zonasi jalur/jarak yang sesuai dengan arahan peraturan pemerintah pusat.

Pak Anies.
Melihat kondisi seperti ini keadilan pendidikan apa yang ingin Bapak wujudkan? Bapak ingin anak dengan usia tua memperoleh kesempatan pendidikan bersekolah di sekolah bagus. Lalu bagaimana dengan nasib mereka yang lebih muda? Bukankah ketika mereka diperkenankan masuk dan sama-sama lulus pendidikan dasar harusnya mereka memperoleh hak yang sama untuk melanjutkan sekolah, berapapun usia mereka.

Pak Anies.
Bapak ingin anak usia tua tidak ada yang putus sekolah. Lalu bagaimana kini nasib anak-anak berusia muda yang gagal masuk negeri namun memiliki orangtua yang Qadarullah sedang tidak mampu menyekolahkan anaknya di swasta? Apakah harus gantian mereka yang sekarang putus sekolah?

Pak Anies.
Kasihanilah mereka, Pak. Anda pemimpin kota ini. Andalah yang dapat menolong mereka.
Tolong selamatkan lah hak-hak anak-anak bangsa yang telah berupaya keras mendapatkan sekolah.
Jangan biarkan kesedihan dan perasaan sia-sia menerpa mereka yang telah berjuang penuh di tahun-tahun pendidikan mereka.
Jangan jadikan semangat belajar mereka lirih hanya karena aturan dadakan yang tidak sesuai dengan semangat pendidikan.

Jangan biarkan kedzaliman ini berlanjut, Pak.

Bapak seorang pemimpin.
Dan saya sama sekali tak punya keinginan berdoa buruk terhadap Bapak.

Ttd. Rara
Warga Jakarta.
Pemilih Bapak, Pendukung Bapak.

(bus/bti)

RELATED ARTICLES

Most Popular