Saturday, April 20, 2024
HomeSosokJualan Telur Gulung Depan SD, Pemuda Desa Ini Beromset Hampir 1 Juta...

Jualan Telur Gulung Depan SD, Pemuda Desa Ini Beromset Hampir 1 Juta Sehari

Aksi Rosi saat berjualan telur gulung di depan SDN Sidoklumpuk, Bluru Sidoarjo, Kamis (12/1/2023). (foto: Sulaiman)

SIDOARJO – Namanya singkat dan sederhana. Rosi. Anak muda lulusan Sekolah Dasar (SD) dari sebuah desa terpencil, Desa Mandung Kecamatan Kokop Kabupaten Bangkalan, Madura ini merantau ke Sidoarjo untuk mengadu nasib dengan berjualan telur gulung dan sejenisnya di depan sebuah sekolah dasar.

Seolah bernostalgia dengan level pendidikannya yang hanya sampai SD, ia memilih lokasi berjualan di depan SDN Sidoklumpuk Bluru, Sidoarjo.

Tetapi berbicara lebih jauh dengan anak muda berusia sekitar 25 tahun ini, ternyata ada pelajaran luar biasa dari semangat pedagang mikro seperti dirinya dan bisa jadi banyak di antara pemuda desa yang merantau keluar dari desa mereka demi mengadu nasib di daerah yang dianggap mampu mengangkat derajat ekonomi keluarga.

Rosi, merupakan seorang tipikal pemuda desa yang menikah di usia muda. Kini ia memiliki dua anak di desanya. Bersama temannya ia memilih Sidoarjo sebagai tempat mengadu nasib. Menjalani takdir Tuhan menurutnya yang bercerita sembari menggoreng telur gulung yang dipesan.

“Jalani takdirNya saja Kak. Alhamdulillah omset saya harian itu ya sekitar 700an (ribu, red.) Kak. Itu jika modal awal saya untuk beli bahan dan sebagainya sekitar 300an gitu. Pernah malah saya dengan modal 400an hasil saya 1,2 juta,” ujarnya memanggil kami dengan Kakak saat ditemui di lokasi ia berjualan, Kamis (12/1/2023).

Rosi mengatakan mulai berjualan pukul 8 pagi hingga sore dengan jeda sholat duhur dan ashar. Ia memang Madura yang identik dengan taat beribadah. Meskipun harus berjualan keliling dan banyak menetap di depan sekolah dasar ini, ia tetap tak lupa akan Tuhannya.

“Pesan orang tua kak dan yah kan juga pernah mondok, untuk tak pernah meninggalkan solat. Sesibuk apapun. Alhamdulillah jualan ya lancar kok,” tukasnya dengan wajah nampak sumringah bahagia.

Menurut keterangan Rosi, jika saat modal cekak dimana ia menyebutkan angka Rp 200.000,- maka penghasilan hariannya sekitar Rp 500.000 atau lebih.

“Alhamdulillah senang dan saya merasa nyaman dengan kerjaan dan penghasilan saya sekarang ini. Kalau ada rejeki ya pengen lebih gitu, misal ngajak temen atau saudara lain di desa sehingga hasil bisa lebih dan saya yakin bisa,” paparnya penuh harap.

JAGA KUALITAS PRODUK

Rosi bisa jadi hanya anak desa. Berjualan telur gulung dan sejenisnya, tetapi yang membuat salut adalah bagaimana ia menerapkan konsep customer service untuk level pebisnis mikro sekelas dirinya. Rosi menggunakan dua jenama untuk minyak goreng yang dipakainya menggoreng telur gulung dan bukannya minyak curah seperti kita temui di banyak pebisnis mikro dan jalanan seperti dirinya.

“Saya kalau minyak kadang Sun** kadang Trop**** (dua merk ternama, red.). Intinya saya ga pernah pakai minyak curah Kak. Semua saya lakukan demi kenyamanan pelanggan saya,” jelasnya.

Telur gulung buatan Rosi memakai merk Sun** saat kami temui di lokasi ia berjualan di depan SDN Sidoklumpuk, Bluru Sidoarjo, Kamis (12/12023). (foto: sulaiman)

Yah, dari Rosi kita belajar tentang kesederhanaan sekaligus berjuang hidup di tanah rantau. Jauh dari keluarga. Meninggalkan istri dan anak. Tetapi darinya pula, kita belajar bahwa dengan berusaha meskipun berjualan telur gulung omset hariannya bisa mencapai angka fantastis untuk ukuran pebisnis mikro dan jalanan seperti dirinya.

“Alhamdulillah tiap hari saya bisa menyisipkan buat tabungan sekitar 200 ribu Kak. Untuk saya tabung dan bawa pulang ke Madura kalau waktunya liburan sekolah jadi kan ga jualan. Alhamdulillah bisa memperbaiki rumah orang tua, beli kendaraan dan tabungan anak sekolah kelak,” tandasnya mengakhiri penjelasan.

(bus/bti)

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

  1. #pejuang_rupiah #mengadu_nasip #jauh_dari_keluarga

    Sebenarnya semua itu adalah pilihan, saudara Rosi memilih kondisi itu. Kebetulan saudara Rosi berasal dari Desa kami, kami kenal saudara Rosi. Semangat juang saudara Rosi memang memotivasi kami, tapi kami memilih jalan berbeda dan kondisinya berbeda. Kami memilih jualan di Desa sendiri, omset memang lebih kecil, tapi kami selalu bersama keluarga.

    #kami memilih hujan batu di Desa kami, dari pada hujan emas di luar sana#

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular