SURABAYA — Ada sejumlah terobosan baru JSIT Indonesia yang bakal menjadi kado menjelang tahun 2024. Diantaranya adalah penetapan standar mutu 5.0 untuk sekolah Islam terpadu (SIT). Berbeda dengan umumnya sekolahan, SIT memiliki kelebihan dan ciri khas dalam mengelola mutu sekolah.
Kebijakan soal penetapan standar mutu 5.0 itu merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya. Saat ini, JSIT Indonesia melakukan sosialisasi langsung di tiap propinsi. Ketua JSIT Indonesia Wilayah Jawa Timur Moch Edris Effendi menuturkan, keberadaan standar mutu SIT mendesak segera diimplementasikan. Diantara tujuannya adalah untuk mempertajam kelebihan dan diferensiasi kualitas SIT dengan sekolah lainnya.
“JSIT telah menetapkan sistem penjaminan mutu terbaru. Yang akan menjadi alat ukur kemajuan pendidikan di SIT,” katanya dalam pembukaan sosialisasi standar mutu 5.0 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada Jumat (8/12/2023).
Edris mengatakan kegiatan sosialisasi ini spesial, karena wilayah jawa timur diberikan wewenang menyelenggarakan secara offline.
“Kita ingin lebih maksimal, serta memberikan pemahaman yang utuh kepada pimpinan lembaga. Kami berterima kasih kepada seluruh anggota atas komitmennya pada organisasi. Alhamdulillah, JSIT mampu memberikan subsidi 700 ribu kepada setiap peserta untuk acara sosialisasi selama dua hari ini,” tandasnya.
Dia menjelaskan standar mutu SIT ini yang sedang disosialisasikan nantinya akan diimbaskan oleh pimpinan lembaga ke warga sekolah. Harapannya pengakuan masyarakat termasuk pemerintah kepada SIT harus dijaga. “Antusiasme masyarakat kepada SIT saat ini sedang meningkat. Sehingga perlu ada penjaga mutu internal,” pungkasnya.
Filosofi Sekolah Islam Terpadu
Pada kesempatan yang sama, Pengurus Pusat JSIT Indonesia, Yuli Sugiharto mengatakan standar mutu 5.0 ini mencakup panduan, prinsip dan dasar penyelenggaraan pendidikan Islam terpadu.
“Setiap pengelola SIT harus memahami filosofi pendidikan Islam terpadu. Karena ini adalah ruh pendidikan kita,” katanya saat memberikan materi filosofi pendidikan SIT.
Menurut Yuli, standar mutu ini memiliki 4 fungsi utama. Diantaranya menjadi pedoman pemenuhan standar, sebagai acuan kebijakan sekolah, memahami ruang lingkup standar, dan dasar penilaian lisensi.
Untuk efektivitas acara, dia membagi 350 peserta menjadi 4 kelompok. Adapun kategorinya disesuaikan dengan jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, TK, SD, SMP hingga SMA.
“Harapannya, fasilitator mampu membedah standar secara tepat,” tandasnya.
(anjay/rafel)