MADURA – Pertemuan antara DPP PKS dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, Senin (21/12) sebetulnya dilihat secara kasat mata hubungan antara PKS dengan KMP sudah tidak sebagus periode Anis Matta. Hal ini disampaikan Abdullah Amas, Direktur Eksekutif The Future Institute dan juga simpatisan gerakan AMPM (Anis Matta Pemimpin Muda) sebuah gerakan relawan yang dulu mengusung Anis Matta sebagai Capres maupun Cawapres pada pemilu 2014 lalu.
“Coba kita lihat fakta terlihat ada kekecewaan yang tersirat dari tweet-tweet terakhir Anis Matta soal kasus SN. Ia membahas partai-partai yang sikapnya terutama terkait soal SN yang kini tak sejalan dengan koalisi besarnya. Kita lihat kan PKS paling tidak kompak dengan KMP sikapnya soal itu, Fahri Hamzah orangnya Anis begitu back up SN, tapi Shohibul malah mengerem sikap Fahri dan minta anggotanya di DPR untuk tidak berkomentar soal SN,” ujar Abdullah Amas, Selasa (22/12/15).
“PKS periode presiden barunya terus bereksperimen mencari posisi yang bagus di depan Jokowi. Apalagi kita tahu kekuatan Prabowo terus melemah baik di DPR maupun soliditas internal di partai-partai pendukungnya. Jadi sulit untuk memaksakan diri tetap di Prabowo apalagi Jokowi sebagai petahana di survei-survei masih belum bisa dikalahkan Prabowo,” imbuh Amas.
Adapun kekuatan Anis Matta di posisi-posisi penting parlemen seperti Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwani dan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah tetap dalam bayang-bayang ancaman diganti dari posisi mereka bila membangkang dari politik soft yang dijalankan Presiden baru PKS.
Pemimpin baru partai berlambang bulan sabit kembar itu dinilai Amas lebih suka figur-figur santun, kalem dan tidak kontroversial seperti Hidayat Nur Wahid dan Ketua DPP PKS Bidang Politik, Hukum dan keamanan yaitu Almuzammil Yusuf.