PALU – Hari keenam sejak peristiwa gempa dan tsunami Palu dan sekitarnya pada Jumat (28/9/2018), kondisi kota Palu masih tampak lumpuh total. Belum ada tanda-tanda kehidupan normal seperti sedia kala.
Di pusat kota masih tampak lengang dan hanya didominasi kegiatan para relawan dari berbagai lembaga kemanusiaan dalam melakukan evakuasi korban jiwa dan menangani kebutuhan makanan harian mereka.
Menurut keterangan Hasmirah, Kordinator Logistik dan Dapur dari lembaga PAskas (Pasukan Anak Sholeh) Indonesia Timur, kegiatan masyarakat seperti kerja, sekolah memang masih belum ada. Kebutuhan mendesak adalah bahan dapur dan BBM.
“Pasar sebenarnya sudah beroperasi cuman harga bahan-bahan di sini mahal. Uang tunai juga terbatas. Logistik dari PAskas sendiri baru malam Minggu datangnya. Jadi bisa bertahan sampai logistik datang itu. Permintaan dari para pengungsi luar biasa” ujar Hasmirah kepada redaksi cakrawarta.com, Rabu (3/10/2019) malam.
Hasmirah menambahkan, beberapa bahan kebutuhan dapur umum di pengungsian adalah bawang merah dan putih, minyak, terigu, beras, LPG, air bersih, ikan dan beraneka bumbu.
Kebutuhan akan BBM juga terbilang penting mengingat mobilitas relawan juga tinggi dan persediaan di SPBU yang masih ada stok harus antri panjang.
“Makanya kalau untuk mobilitas kita mengakali dengan naik sepeda saja. Untuk hemat BBM,” imbuh wanita berhijab ini.
Masih menurut Hasmirah, tim PAskas saat datang hanya membawa kebutuhan BBM dan bahan makanan untuk sepekan. Ternyata di lapangan, banyak pengungsi yang bahkan 4 hari belum makan sehingga dibagi-bagikan segera.
“Ya pas datang, banyak pengungsi belum makan sejak 4 hari. Jadi sambil menunggu tambahan logistik yang datang Malam Minggu, yang persediaan buat relawan kami bagikan ke pengungsi. Gak apa-apa asal para pengungsi segera dapat amunisi. Makanya kebutuhan makanan ini sangat mendesak,” tegasnya.
Menurutnya, di areal sekitar lokasi posko PAskas sendiri masih banyak bangunan yang roboh belum diangkat. Hal tersebut kendala alat berat yang belum tersedia.
(bus/bti)