SURABAYA – Tiga mahasiswi meraih gold medal dalam ajang Indonesia International IoT Olympiad (I3O) 2023 pada Sabtu (17/6/2023).
Ketiga mahasiswi tersebut yakni Nabilah Sabilillah, Dwita Rahmadini Hendri dan Khairun Nisa. Mereka menciptakan alat bantu skrining deteksi kanker serviks berbasis Artificial Intelligence (AI).
Ketua Tim Sabil menjelaskan bahwa inovasi AlteVIA merupakan sebuah AI pendeteksi lesi Acetowhite atau citra tanda gejala kanker pada mulut rahim/serviks.
“Kami mengkombinasikan hardware berupa probe taitu tabung berkamera mini yang nyaman sebagai alternatif spekulum atau alat logam yang biasa digunakan untuk membuka organ vagina dan melihat citra mulut rahim,” jelasnya pada media ini.
Hal yang melatarbelakangi hadirnya AlteVIA, lanjutnya, karena tingginya prevalensi atau jumlah keseluruhan, dari kematian akibat kanker serviks di Indonesia. Salah satu penyebabnya ialah kurang rutinnya wanita melakukan pemeriksaan berulang dengan alasan pengalaman tidak nyaman saat prosedur pemeriksaan menggunakan spekulum.
Di samping itu, lanjutnya, prosedur skrining kanker serviks melalui tes IVA atau menginspeksi mulut rahim dengan mata telanjang selepas olesan asam asetat yang sering digunakan ini memiliki subjektivitas yang tinggi dan hanya bergantung pada kompetensi pemeriksa yang tidak merata di Indonesia.
Menurutnya, itu menjadi isu sentral, pasalnya semakin dini mengetahui adanya lesi, maka tingkat kesembuhan juga akan tinggi.
“Perjalanan sejak masa pra-kanker hingga menjadi kanker membutuhkan waktu tahunan. Dalam masa itu, bila terdeteksi sejak dini, kemudian langsung tindakan pengobatan. Maka jaringan mulut rahim pasien, kemungkinan besar dapat sembuh 100% seperti semula,” terangnya.
Selanjutnya mengenai proses lomba, Sabil menjelaskan acara ini mempertemukan inovator dari seluruh dunia untuk bersaing. Penyelenggara kompetisinya yakni Ikatan Ilmuwan Muda Indonesia (IYSA) dan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Indonesia. Ketiga mahasiswi yang berasal dari kampus yang sama yakni Universitas Airlangga itu harus bersaing dengan 13 negara, yaitu Vietnam, Thailand, Iran, Filipina, Malaysia, Afrika Selatan, Turkey, Indonesia, Meksiko, Bangladesh, Timor Leste, Uni Emirat Arab and Azerbaijan.
“Terhitung sebanyak 75 tim yang mengikuti kompetisi secara daring dan 25 tim lainnya secara luring di Universitas Syah Kuala, Aceh. Dalam hal ini, lembaga internasional lokal, luar negeri dan mitra lembaga penelitian akan memberikan penghargaan khusus untuk penemuan dan terobosan yang luar biasa ini,” paparnya.
Sabil sendiri mengaku bahwa dia dan timnya tidak begitu fokus pada seberapa bergengsinya sebuah prestasi. Melainkan fokus ke masalah apa yang perlu diatasi. Baginya, sesulit apapun belajar teori, akan sia-sia jika tidak ada praktiknya.
“Belajarlah untuk peka dengan masalah sekitar kemudian amalkan dan cari solusinya. Kalau kesulitan, jangan sungkan berkolaborasi dengan rekan yang berbeda background. Lewat tiga hal itu saja sudah bisa dapat ide inovasi,” ujar bidan muda tersebut.
Karena itu, Sabil melalui AlteVIA, berharap dapat meningkatkan kualitas skrining dan kesediaan wanita dalam mengecek mulut rahimnya lebih sering lagi ke depannya.
(mar/pkip/bti)