JAKARTA – Tingkah para elit politik yang terus ribut dan lebih mengedepankan retorika mendapakan kritikan tajam dari publik. Akibatnya program kerja pemerintah terutama di sektor ekonomi makin tak jelas. Kelesuan perekonomian nasional ternyata hanya dijawab dengan sekedar ribut di media dan membuat publik makin apatis.
Kritik tersebut salah satunya datang dari Ferdinand Hutahaen. Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia itu menyayangkan sikap para elit dan pejabat yang telah memproklamirkan diri bekerja untuk rakyat tapi justru saling serang satu sama lain demi popularitas.
“Apa yang mendorong para pejabat negara ini hingga bekerja seperti ini? Selalu tidak merasa puas bekerja jika tidak saling kritik antar sesama mereka. Mengapa para pejabat ini tidak selesaikan semua masalah ini diruang rapat kabinet? adakah ekspektasi politik tertentu dibalik kegaduhan ini? semoga pemerintah segera sadar untuk bekerja tulus iklas tanpa harus mencari popularitas,” ujar Ferdinand kepada Cakrawarta di Jakarta, Selasa (15/9).
Ferdinand menambahkan, pihaknya khawatir program besar pemerintah akan terlunta lunta hanya karena para pejabatnya berlomba untuk popular. Ia berharap para elit mampu bekerjalah dengan tulus demi bangsa dan negara bukan demi popularitas untuk mengejar ekspektasi politik yang belum tercapai.
“Wapres JK sang saudagar, Rizal Ramli si tukang kepret, Jonan sang Menhub, Lino sang direksi pengancam, berhentilah beretorika ditengah publik,” tegas Ferdinand.
EWI berharap Presiden Joko Widodo sebagai pemimpin tertinggi di pemerintahan bisa bersikap tegas untuk menertibkan kegaduhan yang tak kunjung usai itu
“Presiden adalah pemimpin tertinggi, jika ada yang tidak mengikuti instruksi presiden sebaiknya mundur dari jabatannya, jangan membuat gaduh. Jangan ada yang merasa paling benar dan hebat hingga harus main kepret, jangan bicara tentang sesuatu yang belum dipahami betul. Ayo kerja agar bisa bangkit dari keterlambatan kemajuan,” pungkasnya.
(fh/bti)