Monday, December 9, 2024
spot_img
HomeEkonomikaBPPT: Saatnya Kita Beralih Pada Energi Baru dan Terbarukan

BPPT: Saatnya Kita Beralih Pada Energi Baru dan Terbarukan

Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi BPPT, M.A.M Oktaufik saat memaparkan hasil kajiannya dalam Workshop Jurnalistik Yang Diseenggarakan AJI Jakarta dan Hivos di Hotel Neo Green Savanah, Sentul Bogor, Rabu (23/12) siang. (Foto: BM)
Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi BPPT, M.A.M Oktaufik saat memaparkan hasil kajiannya dalam Workshop Jurnalistik Yang Diseenggarakan AJI Jakarta dan Hivos di Hotel Neo Green Savanah, Sentul Bogor, Rabu (23/12) siang. (Foto: BM)

SENTUL BOGOR – Direktur Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), M.A.M Oktaufik menyatakan bahwa saat ini mau tidak mau Indonesia harus segera beralih dari penggunaan energi berbasis fosil ke energi baru dan terbarukan (EBT). Hal tersebut disampaikan Oktaufik saat menjadi pembicara dalam Workshop Jurnalistik yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen Jakarta bekerjasama dengan LSM asal Belanda, Hivos.

“Sumber energi kita mayoritas bergantung impor. Bagaimana jika cadangan asal negara tersebut berkurang? Sekarang hal ini tengah menjadi concern global. Karenanya sekarang adalah momentum untuk segera beralih ke EBT,” papar Oktaufik kepada para jurnalis dari berbagai media yang menjadi peserta workshop. 

Menurut Oktaufik, saat ini tren investasi global untuk sektor energi terbarukan telah meningkat sebesar 25% khususnya investasi untuk tenaga surya. Meskipun ia akui production cost untuk EBT memang sedikit lebih mahal daripada energi berbasis fosil. “Tetapi adanya kebijakan feed in tariff dari pemerintah menjadikan masalah biaya produksi yang tinggi sedikit teratasi,” imbuhnya.

Berdasarkan kajian dari World Resource Insitute menurut Oktaufik ada setidaknya 300 gigawatt potensi sumber EBT di Indonesia tetapi yang terpasang masih sebesar 11 gigawatt.

“Jadi di Indonesia potensi yang besar itu masih kecil yang dimanfaatkan. Hanya kurang lebih 3,67% saja yang termanfaatkan. Ini peluang besar ke depan untuk dimaksimalkan potensi yang ada,” tutur pria berkumis itu.

BPPT menurut pengakuan Oktaufik telah melakukan banyak hal terkait isu EBT seperti kerjasama dengan Jerman untuk proyek piloting di beberapa daerah di Indonesia khususnya daerah terpencil. Proyek itu telah dilakukan sejak tahun 1979 berupa Solar Village Project, Pilot Plant Bio-Ethanol and Energy Plantation hingga yang bersifat PV Industry Feasibility Assesment pada 2 tahun terakhir.

(bm/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular