
Toko Madura kini jadi buah bibir. Bukan sembarang toko, tapi ini toko wujud dari bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Bisnis memenuhi kebutuhan masyarakat, baik yang level bawah, menengah dan atas. Pengelola Toko Madura jelas tahu kebutuhan pasar agar bisa meraup keuntungan besar plus mampu bertahan di tengah kompetisi ketat menghadapi super market.
Rumus utama bisnis adalah meraup cuan atau hasil sebanyak mungkin dengan modal usaha yang minimalis. Kehadiran Toko Madura jelas berhadapan langsung melawan super market modern yang memiliki modal usaha besar, tempat yang nyaman dan gengsi berkelas. Menariknya, pengelola Toko Madura justru tak gentar, tak ciut nyali apalagi khawatir menghadapi semua kelebihan super market modern. Etnis Madura punya tingkat percaya diri dan keyakinan. Bukan cuma tangan kosong atau pasrah. Sebab, pengelola Toko Madura punya konsep dan strategi membaca kebutuhan konsumen.
Membaca proses seleksi alam, ini salah-satu strategi. Pengelola Toko Madura tentu saja tahu soal itu, dan uniknya, pengetahuan mereka belum tentu berasal dari bangku perkuliahan. Intinya, toko kelontong yang tak bisa memenuhi kebutuhan konsumen akan dijauhi konsumen. Toko kelontong yang tak punya suguhan variatif, akan sulit bertahan karena konsumen yang kecewa akan segera meninggalkannya. Seleksi alam ini berkelindan dengan tuntutan bertahan hidup. Toko Madura perlu bertahan hidup, begitupula dengan konsumen perlu dipenuhi kebutuhannya dengan harga bersaing. Saling membutuhkan. Ada beberapa hal menarik dari Toko Madura ini.
Toko kelontong Madura memberikan kelebihan yang tidak dimiliki oleh super market modern. Pertama, toko Madura menjual barang lebih murah dari toko modern. Kedua, toko Madura buka 24 jam, sehingga para konsumen tidak pernah ragu untuk datang kapanpun. Ketiga, pelayanan yang diberikan lebih cepat dibanding super market pada umumnya. Kempat, semua konsumen bisa datang ke Toko Madura tanpa sungkan, mereka melayani para konsumen dengan pendekatan kekeluargaan dan friendly. Consumer-friendly shop.
Dari beberapa amatan itu, maka Toko Madura sangat yakin mampu berkompetisi bahkan melawan modernisasi super market yang bermodal jumbo. Semua kelebihan super market itu tak membuat Toko Madura waswas. Sebaliknya, malah pengelola Toko Madura lebih bersemangat. Bahkan bisa dipastikan dimana ada super market pasti ada toko kelontong Madura. Toko Madura tidak takut bersaing dengan toko modern yang besar-besar. Karena mereka yakin barang yang mereka jual jauh lebih murah, pelayanan lebih cepat. Jangan khawatir soal kelengkapan barang yang dijajakan, nyaris barang-barang yang diperlukan konsumen pasti ada.
Pelajaran yang patut kita ambil dari kasus ini ialah tidak ada yang bisa membatasi kita untuk tetap bisa bersaing dengan siapapun, apapun baik dari yang level, regional, nasional maupun international. Berbicara bisnis tentu berbicara keberanian untuk melangkah, untuk menemukan kemungkinan mendapat posisi terbaik dan keuntungan maksimal. Hari ini Toko Madura memberikan contoh kepada semua bahwa mereka sekarang menjadi perbincangan nasional. Jika sebelumnya, Toko Madura hanya dijalankan oleh beberapa orang dan beberapa toko saja di Indonesia, tapi sekarang Toko Madura sudah hampir ada di seluruh Indonesia.
Mereka mendapatkan omset setiap hari mulai dari 5 juta hingga 15 juta. Dengan keuntungan besar tersebut, seolah tidak tampak dari modal yang dikeluarkan untuk membuka usaha mulai dari angka 100 juta hingga 150 juta. Tempat Toko Madura memang terlihat sempit, namun pengelola Toko Madura mampu mengemas atau mendesain seefisien mungkin. Ini salah-satu prinsip ekonomi. Adaptif tapi efektif. Akhirnya survive. Kita banyak belajar dari Toko Madura. Bukan begitu?
YURIADI
Periset pada Nusantara Center for Social Research (NCSR)



