MAKASSAR – Lembaga kemanusiaan Daarut Tauhid (DT) Peduli Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama dengan sebuah lembaga sosial yang berpusat di Surabaya Jawa Timur yaitu Gerakan Peduli AKU BISA (GPAB) menyalurkan bantuan untuk peningkatan gizi santri dan santriwati pondok tahfidz.
Untuk program kali ini, Pondok Tahfidz As-Syuhada’ Makassar menjadi proritas karena santri-santrinya muallaf sekaligus yatim yang sangat jauh dan memilih menjadi santri meninggalkan orang tua untuk menjadi generasi penerus yang kelak diharapkan dapat berdakwah ketika selesai mengkhatamkan Al-Quran.
Ustadzah Atika yang merupakan pengasuh Pondok Tahfidz As-Syuhada’ Makassar menyampaikan apresiasi atas program kedua lembaga tersebut dan menjadikan pondoknya sebagai prioritas.
“Kami mengucapkan berterimakasih kepada GPAB dan DT Peduli yang telah berkomitmen memperhatikan kehidupan dan kebutuhan santri yang merupakan kebutuhan sangat urgent,” ujar Atika, Senin (27/9/2021).
Penyerahan bantuan tersebut dikordinatori oleh Muhammad Afdal sebagai relawan dari DT Peduli Sulsel. Ia mengungkapkan bahwa para santri dan santriwati di Pondok Tahfidz As-Syuhada’ Makassar bisa menjadi ladang amal untuk semua pihak.
“Mereka para santri dan santriwati ini penuh dalam keterbatasan. Padahal mereka sedang menuntut ilmu khususnya ilmu agama. Kebutuhan gizi dan protein merupakan hal yang utama dalam menuntut ilmu. Semoga program ini juga nanti bisa menyasar tempat lain,” harapnya.
Sementara itu, dihubungi terpisah Founder dan Kordinator GPAB, Bustomi menyatakan bahwa pemilihan Pondok Tahfidz sudah melalui verifikasi langsung ke lapangan.
“Pemilihan As-Syuhada’ ini verifikasinya langsung. Saya sendiri dibantu Ibu Hasmirah dari DT Peduli Sulsel ke lokasi dan menyaksikan sendiri bahwa mereka memang sangat layak menjadi sasaran program ini. InsyaAllah akan konsisten ke depannya. Mohon doanya ya,” ujar Bustomi melalui sambungan telepon, Rabu (29/9/2021) sore.
Untuk diketahui, Pondok Tahfidz As-Syuhada’ Telkom mas berada di Makassar Sulawesi Selatan dan memiliki total 80 santri dan santriwati yang dikhususkan untuk menghafal kitab suci Al-Quran. Mayoritas santri berasal dari daerah Mamasa yang merupakan mayoritas non-muslim. Karena itu memang sebagain santri dan santriwatinya adalah muallaf.
(has/bti)