
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di Desa Segoro Tambak, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, kepala dan kulit udang yang selama ini terbuang kini menemukan nasib baru. Di tangan warga pesisir, limbah perikanan itu diolah menjadi kaldu bubuk alami, penyedap rasa berbahan dasar protein tinggi yang mulai membuka jalan ekonomi alternatif bagi masyarakat setempat.
Inisiatif ini tumbuh dari kegiatan pengabdian masyarakat yang mempertemukan pengetahuan akademik dengan realitas dapur warga pesisir. Ketua tim pendamping, Dwitha Nirmala mengatakan bahwa pemanfaatan limbah udang selama ini belum mendapat perhatian serius, padahal potensinya besar dan mudah dikembangkan sebagai usaha rumah tangga.
“Limbah udang, khususnya kepala dan kulit, sebenarnya kaya protein. Jika diolah dengan baik, bisa menjadi kaldu bubuk alami yang bernilai ekonomi dan relatif mudah diproduksi di skala rumah tangga,” ujar Dwitha, Selasa (16/12/2025).
Gagasan pengolahan limbah udang tidak muncul begitu saja. Sebelum pelatihan digelar, tim pendamping lebih dulu berdiskusi dengan perangkat desa dan warga Segoro Tambak. Dari perbincangan itulah terpetakan satu kesimpulan bahwa potensi terbesar desa terletak pada hasil dan sisa produksi perikanan.
Pelatihan kemudian dilakukan melalui praktik langsung pengolahan kepala dan kulit udang menjadi kaldu bubuk. Pesertanya adalah ibu rumah tangga dan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) desa setempat, kelompok yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.
“Selain keterampilan teknis, yang kami dorong adalah perubahan cara pandang. Limbah perikanan tidak selalu berarti sisa tanpa nilai, tetapi bisa menjadi produk dengan harga jual,” kata Dwitha.
Mutu, Higiene, dan Pasar yang Lebih Luas
Program pendampingan ini tidak berhenti pada proses produksi. Aspek sanitasi dan higiene pangan juga menjadi perhatian utama. Warga mendapatkan penyuluhan mengenai standar kebersihan pengolahan pangan berbasis perikanan agar produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan memiliki kualitas yang konsisten.
Antusiasme peserta terlihat dari aktifnya diskusi dan tanya jawab selama kegiatan berlangsung. Bagi sebagian warga, pelatihan ini membuka kemungkinan baru yakni menjadikan dapur rumah sebagai ruang produksi, dan limbah sebagai sumber penghasilan.
Ke depan, kegiatan ini direncanakan berlanjut melalui pendampingan berkelanjutan, penyusunan panduan produksi, serta penguatan kelembagaan UMKM. Harapannya, kaldu bubuk berbahan limbah udang dari Segoro Tambak tidak hanya berhenti di pasar lokal, tetapi mampu menembus pasar yang lebih luas, sebagai produk khas pesisir yang lahir dari ketekunan dan pengetahuan.(*)
Kontributor: Khefti PKIP
Editor: Abdel Rafi



