
MADIUN, CAKRAWARTA.com – Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November, pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (NU) Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, menggelar kegiatan napak tilas dan studi tiru yang sarat makna. Sejak Minggu (9/11/2025) pagi, sebanyak 35 peserta bergerak menelusuri jejak spiritual para ulama penyebar Islam di kawasan Madiun-Ponorogo.
Kegiatan ini bukan sekadar perjalanan ziarah, tetapi juga upaya memperkuat hubungan batin dengan para pendahulu. “Napak tilas ini untuk menyambung kekuatan sanad keilmuan dan perjuangan. Kami ingin meneladani nilai-nilai luhur para ulama yang menanamkan Islam dengan penuh cinta dan pengorbanan,” ujar Mukhlis Daroini, Ketua Ranting NU Mojorejo, yang memimpin langsung rombongan dalam keterangannya, Senin (10/11/2025).
Dalam perjalanan itu, para peserta berziarah ke delapan makam tokoh ulama. Antara lain makam Kiai Shidiq Kerjo, Kiai Abdurrahman Tegalrejo, Eyang Donopuro Setono Jetis, Kiai Ageng Muhammad Besari di Tegalsari, Raden Betoro Katong di Ponorogo, Syaikh Ahmad Muhammad di Jatilawang Dolopo, Kiai Ageng Basyariyah di Sewulan, dan Kiai Ageng Anom Besari di Caruban.
Ziarah dipimpin oleh Kiai Thohir dan Kiai Zaenal Arifin. Menurut Mukhlis, kehadiran para kiai menjadi penguat spiritualitas perjalanan tersebut. “Kami ingin napak tilas ini bukan hanya ritual mengenang sejarah, tetapi momentum meneladani semangat dakwah dan perjuangan mereka,” katanya.
Selain berziarah, rombongan juga melakukan studi tiru ke Masjid Quba dan Madiun Street Center (MSC). Menurut Sohibul Ma’ali, bendahara Ranting NU Mojorejo, kegiatan ini menjadi sarana belajar mengelola potensi ekonomi berbasis keagamaan.
“Di MSC, kami melihat bagaimana aktivitas UMKM bisa tumbuh di sekitar kawasan wisata religi. Ini menjadi inspirasi bagi kami untuk mengembangkan potensi serupa di Mojorejo,” ujar Sohibul.
Ia menambahkan, perjalanan tersebut juga dimaksudkan mempererat silaturahmi antar pengurus dan badan otonom NU di tingkat desa. “Rihlah seperti ini memperkuat rasa kebersamaan dan menumbuhkan semangat gotong royong,” ucapnya.
Di sela kegiatan, Iftitah, salah satu peserta, mengaku mendapat banyak pelajaran berharga. “Selain bisa refreshing, kegiatan ini menambah kekuatan spiritual kami dalam berkhidmah di NU,” katanya dengan senyum lebar.
Momentum napak tilas yang digelar menjelang Hari Pahlawan membuat kegiatan ini terasa lebih bermakna. “Terlepas apakah para ulama itu ditetapkan sebagai pahlawan nasional atau tidak, sejarah perjuangan mereka dalam menanamkan Islam tetap harus dikenang dan dilanjutkan,” ujar Mukhlis.
Pria asal Sumenep, Madura, itu berharap kegiatan semacam ini bisa menjadi agenda rutin tahunan. “Selain menyambung sanad keilmuan, kegiatan ini memperkuat ukhuwah dan memperkokoh peran NU di Mojorejo,” pungkasnya.(*)
Kontributor: Mukani
Editor: Abdel Rafi



