
NGANJUK, CAKRAWARTA.com – Perjuangan Marsinah, buruh perempuan asal Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, kembali menggemakan semangat keadilan sosial yang tak lekang oleh waktu. Dua puluh delapan tahun setelah gugurnya, namanya kini diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Dukungan pun mengalir dari berbagai pihak, salah satunya dari Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nganjuk.
Ketua PC GP Ansor Nganjuk, Hamid Muzakki, menyatakan dukungan penuh terhadap pengusulan Marsinah sebagai pahlawan nasional. Ia menilai Marsinah adalah simbol keberanian dan keteguhan hati rakyat kecil dalam menuntut keadilan.
“Marsinah bukan bangsawan, bukan priyayi. Ia anak desa yang melawan ketidakadilan dengan keberanian luar biasa. Semangat itu yang harus terus kita hidupkan,” ujar Hamid saat ditemui di kantornya, Sabtu (11/10/2025).
Dukungan tersebut disampaikan dalam Seminar Nasional bertajuk “Marsinah Pahlawan Nasional” yang digelar di Hotel Front One Nganjuk, Jumat (10/10/2025) kemarin. Acara itu menjadi momentum penting bagi masyarakat dan organisasi kepemudaan Nganjuk untuk menyatukan suara dalam memperjuangkan pengakuan atas jasa Marsinah.
“Dedikasi Marsinah dalam memperjuangkan hak-hak buruh dan keadilan sosial di Indonesia layak diabadikan dalam sejarah bangsa. Kami di Ansor punya garis perjuangan yang sama yaitu membela kaum mustad’afin, terutama rekan-rekan buruh,” imbuh Hamid, yang juga mahasiswa pascasarjana UIN Syaikh Wasil Kediri.
Hamid juga menyoroti minimnya representasi perempuan dalam daftar pahlawan nasional. Berdasarkan data Kementerian Sosial RI, dari 206 pahlawan nasional, hanya 16 di antaranya perempuan.
“Sudah saatnya ada lebih banyak pahlawan dari kalangan perempuan. Marsinah memberi contoh nyata bahwa perjuangan bisa lahir dari rakyat kecil, bukan hanya dari elite politik atau militer,” tegasnya.
Keberanian yang Sederhana Tapi Menggetarkan
Seminar tersebut dibuka langsung oleh Menteri Sosial RI Syaifullah Yusuf, yang akrab disapa Gus Ipul. Dalam sambutannya, Gus Ipul menegaskan bahwa perjuangan Marsinah merupakan cermin keberanian rakyat biasa yang menginspirasi bangsa.
“Keberanian Marsinah itu sederhana tapi menggetarkan. Ia menggugah nurani kita semua bahwa keringat manusia harus dibayar setimpal. Itu perjuangan yang ia bayar dengan nyawanya,” ujar Gus Ipul.
Selain Gus Ipul, hadir pula sejumlah tokoh penting sebagai narasumber, antara lain Agus Jabo Priyono (Wakil Menteri Sosial RI), Irwan Setiawan (Komnas Perempuan RI), Didik Prajogo (sejarawan Universitas Indonesia), serta Marsini, kakak kandung almarhumah Marsinah.
Acara ini dihadiri lebih dari 250 peserta, terdiri dari mahasiswa, aktivis buruh, tokoh masyarakat, pemuka agama, hingga pejabat daerah. Wakil Bupati Nganjuk Trihandy Cahyo Saputro juga turut hadir dan memberikan dukungan.
“Ide pengusulan ini bermula dari peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 2025. Pemda Nganjuk bersama forum pemuda menyiapkan seluruh berkas administratif bersama pihak keluarga dan rekan-rekan almarhumah,” jelas Trihandy.
Marsinah dikenal luas sebagai simbol perjuangan kaum buruh di era Orde Baru. Ia memperjuangkan hak-hak pekerja dengan keberanian luar biasa, hingga akhirnya tewas secara tragis pada Mei 1993. Kasusnya menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan hak asasi manusia di Indonesia.
Kini, lewat dukungan dari berbagai elemen masyarakat, terutama kalangan muda seperti GP Ansor, semangat Marsinah kembali dihidupkan. (*)
Kontributor: Mukani
Editor: Abdel Rafi