
SITUBONDO, CAKRAWARTA.com – Bagi sebagian orang, berkunjung ke makam leluhur adalah ziarah. Namun, bagi Khalilur R Abdullah Syahlawiy, atau akrab disapa Gus Lilur, kegiatan itu adalah bentuk silaturahmi dengan ibu, nenek, dan kakek yang sudah tiada.
Ketua Umum Netra Bakti Indonesia (NBI) itu menceritakan kebiasaannya setiap kali berada di pusara keluarga. Setelah berdoa untuk almarhumah ibunda, nenek, dan kakeknya, Gus Lilur melanjutkan dengan berbincang seakan mereka masih hadir.
“Saya bercerita tentang semua hal yang saya kerjakan, tentang keadaan anak-anak dan keluarga. Bahkan saya juga kisahkan mimpi-mimpi usaha yang sedang saya bangun. Seolah saya sedang berdialog dengan mereka,” ungkap Gus Lilur, Jumat (3/10/2025).
Ia menuturkan, sering kali setelah berdoa, ia makan malam di makam keluarga, menulis renungan, bahkan tidur sebentar di area pemakaman ibunya. Semua itu, menurutnya, adalah cara menjaga ikatan batin yang tidak pernah putus.
Makam keluarga itu dibuat sederhana, ditanami rumput, dengan nisan granit pilihan dari Muntilan, Magelang. Nisan di bagian kepala seberat lebih dari satu kwintal, sedangkan di bagian kaki mencapai 75 kilogram.
“Itu bentuk bakti kecil saya. Saya pilihkan batu terbaik di tanah Jawa, selebihnya saya hanya bisa mendoakan, bersilaturahim, dan bercerita kepada beliau,” ujar Gus Lilur dengan nada haru.
Lebih jauh, pengusaha muda NU asal Situbondo itu mengingatkan pentingnya berbakti kepada orang tua selagi mereka masih hidup. Ia merasa beruntung ayahandanya masih mendampinginya hingga kini.
“Salah satu bakti saya kepada bapak adalah mencarikan jodoh untuk beliau, menyiapkan rumah terbaik, memberikan mobil, dan memenuhi perintah beliau sebisa saya. Di makam ibu, saya bercerita bahwa saya sudah mencarikan jodoh untuk bapak. Saya merasakan ibu saya bahagia,” tuturnya lirih.
Bagi Gus Lilur, kebahagiaan seorang anak sejati adalah ketika masih bisa berbakti kepada orang tua, baik yang masih hidup maupun yang sudah tiada.
“Sungguh bahagia mereka yang masih memiliki ibu, nenek, dan kakek. Jangan sia-siakan waktu. Berbaktilah selagi masih ada kesempatan,” pesan Gus Lilur. (*)
Editor: Tommy dan Abdel Rafi