Wednesday, October 8, 2025
spot_img
HomePendidikanMasjid Bersaing dengan Mall dan Media Sosial? Ini Strategi Al-Akbar Surabaya Hadapi...

Masjid Bersaing dengan Mall dan Media Sosial? Ini Strategi Al-Akbar Surabaya Hadapi Era Disrupsi

Helmy M. Noor (kedua dari kiri) saat berbicara dalam momen podcast dan dialog bertema Tantangan Masjid di Era Disrupsi di JICC, Booth Masjid Raya Sheikh Zayed Solo pada gelaran Indonesia International Book Fair (IIBF) 2025, Jumat (26/9/2025). (foto: MAS for Cakrawarta)

JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat, pengelolaan masjid dituntut lebih kreatif agar tetap relevan bagi jamaah. Persaingan masjid kini bukan hanya dengan pusat hiburan seperti mall, tetapi juga dengan media sosial yang semakin mendominasi ruang publik.

Isu itu mengemuka dalam podcast dan dialog bertema Tantangan Masjid di Era Disrupsi di Jakarta Islamic Center Convention (JICC), Booth Masjid Raya Sheikh Zayed Solo pada gelaran Indonesia International Book Fair (IIBF) 2025, Jumat (26/9/2025).

Sejumlah tokoh pengelola masjid besar hadir, di antaranya Sekretaris Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) H. Helmy M. Noor, Farid F. Saenong PhD (Masjid Istiqlal Jakarta), Dr Noor Achmad MA (Masjid Agung Jawa Tengah), Drs Abdurrahman Shoheh (Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari), Munajat, PhD (Masjid Raya Sheikh Zayed Solo), dan Dr Ir Hj Dewi Sartika M.Si (Masjid Raya Al Jabbar Jawa Barat).

“Masjid harus adaptif agar tidak kalah oleh gempuran mall maupun media sosial. Tantangan kita hari ini bukan hanya digitalisasi, tapi juga perubahan gaya hidup dan dampak global pasca-pandemi,” tegas Helmy.

Menurut Helmy, ada empat tantangan utama yang harus dijawab pengelola masjid di era disrupsi:

  1. Digitalisasi dakwah – masjid harus bersaing dengan konten dakwah di media sosial sekaligus menjaga otoritas dan moderasi.
  2. Transparansi dan pengelolaan keuangan – jamaah kini menuntut akuntabilitas dana infaq, sehingga pengelola harus memanfaatkan fintech, QRIS, hingga crowdfunding.
  3. Keragaman kebutuhan jamaah lintas generasi – mulai dari Gen Z, kalangan muda, hingga lansia dan difabel.
  4. Persaingan dengan pusat hiburan – mall, kafe, dan platform digital kini menjadi pesaing nyata masjid dalam menarik perhatian masyarakat.

“Generasi muda misalnya, berpikir kritis dan dinamis. Karena itu kami kembangkan Majelis Subuh GenZi dan program Al-Akbar Ngaji Soccer. Untuk lansia dan difabel, MAS sudah menyediakan akses khusus, toilet difabel, hingga fasilitas ramah lansia,” jelasnya.

Masjid Al-Akbar Surabaya tak hanya fokus pada ibadah, tapi juga memperluas peran sosial dan rekreatif. MAS membangun Al-Akbar Sports Center dan Al-Akbar Tourism Center agar jamaah sekaligus wisatawan mancanegara bisa merasakan pengalaman berbeda di lingkungan masjid.

Layanan digital juga diperkuat. Kajian dan khutbah disiarkan langsung melalui YouTube, Instagram, radio, dan TV digital. Jadwal shalat, laporan infaq, hingga agenda kegiatan bisa diakses jamaah melalui kanal daring resmi.

“Masjid bukan lagi sekadar tempat shalat. Kami siapkan ruang multiguna seperti Grand Ballroom As-Shofa dan Marwah, taman edukasi, hingga pusat olahraga dan budaya agar masyarakat lintas usia merasa memiliki,” papar Helmy.

Menjelang usia 25 tahun, MAS menyiapkan terobosan baru:

  1. Aplikasi literasi Islam digital khusus MAS.
  2. Green masjid dengan panel surya, sistem IPAL, urban farming, dan greenhouse.
  3. Wisata religi berbasis teknologi dengan virtual tour dan AI guide.
  4. Pemberdayaan jamaah melalui koperasi syariah dan UMKM.

“Di era disrupsi, masjid harus hadir sebagai pusat peradaban. Kami ingin Masjid Al-Akbar Surabaya bukan hanya ikon kota, tetapi juga model pengelolaan masjid masa depan,” pungkas Helmy. (*)

Kontributor: Edy

Editor: Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular