Friday, November 14, 2025
spot_img
HomePolitikaAktivis Beda Abad: Seruan Gus Lilur untuk Lahirnya Gerakan Baru Abad 21

Aktivis Beda Abad: Seruan Gus Lilur untuk Lahirnya Gerakan Baru Abad 21

Aktifis 98, HRM Khalilur R Abdullah Syahlawiy atau Gus Lilur. (foto: istimewa)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di sebuah ruang sederhana, Khalilur R Abdullah Syahlawiy menatap undangan yang ia terima dengan mata nyaris tak percaya. Di sana tertulis, Aktivis 98 akan menggelar jumpa pers menyuarakan tuntutan.”

Ia terdiam sejenak, lalu tersenyum getir.
“2025 dikurangi 1998 sama dengan 27 tahun,” katanya lirih, “itu bukan hanya beda generasi, itu beda abad.”

Laki-laki yang karib disapa Gus Lilur ini bukan nama asing. Ia adalah salah satu wajah Aktivis 98, generasi mahasiswa yang menorehkan sejarah dengan menumbangkan Orde Baru. Baginya, 1998 adalah tonggak, bukan sekadar penanda angka. Itu adalah “era baru” yang melahirkan Reformasi, sama seperti 1966 melahirkan Orde Baru.

Namun kini, di tahun 2025, ketika undangan itu datang, ia merasa seperti ditarik ke sebuah lorong waktu.
“Apakah republik ini sudah begitu miskin aktivis abad 21, sehingga Aktivis 98 harus kembali turun ke jalan?” tanyanya dengan suara berat.

Aktivis 98, Aktivis Abad 20

Gus Lilur mengaku tak pernah nyaman jika gerakan 1998 diklaim oleh generasi sebelum atau sesudahnya. “Aktivis 98 ya Aktivis 98. Kami lahir di momentum kami sendiri. Sama seperti Aktivis 66, Aktivis 72, Aktivis 80. Semua punya jamannya,” ujarnya.

Baginya, mengulang gerakan dari masa lalu untuk mengisi kekosongan hari ini justru pertanda krisis. “Kalau 2025 masih pakai nama Aktivis 98 untuk merilis tuntutan, itu artinya generasi abad 21 belum berani berdiri di atas kaki sendiri.”

Pertanyaan yang Mengusik: Kemana Aktivis Abad 21?

Kegalauan itulah yang kini terus menghantui pikirannya.
“Di mana suara mahasiswa hari ini? Mengapa demo justru lebih sering digerakkan anak STM atau kelompok lain yang sedang berduka, seperti ojek online ketika rekannya menjadi korban?” katanya, gusar.

Bagi Gus Lilur, mahasiswa dan anak muda abad 21 harus berani tampil sebagai diri sendiri, bukan sekadar menumpang pada bayang-bayang generasi tua.
“Wahai rekan aktivis 2025! Wahai adik-adik aktivis abad 21! Hadir dan muncullah! Jangan biarkan gerakan kalian diklaim Aktivis 98. Apalagi ditunggangi koruptor atau mafia yang sedang kabur ke luar negeri,” tegasnya.

Beri Kesempatan, Bergerak dengan Jernih

Khalilur juga mengingatkan agar gerakan anak muda tidak mudah terjebak pada politik jangka pendek. Ia menyinggung soal pemerintahan baru.
“Beri kesempatan pada presiden terpilih untuk memimpin negeri ini. Terlalu mahal kalau kalian, aktivis abad 21, harus memulai dengan tuntutan mengganti presiden. Itu bukan tugas utama gerakan rakyat,” ujarnya.

Gerakan, menurutnya, harus menyasar akar masalah: mafia, koruptor, penghisap rakyat, dan mereka yang merusak cita-cita bangsa.

Di balik kritiknya, Gus Lilur sejatinya sedang menyulam harapan. Ia ingin melihat lahirnya wajah-wajah baru yang berani, sebagaimana generasi 98 dulu berani menantang status quo.
“Bergeraklah! Bersihkan Indonesia dari para durjana! Di tangan aktivis abad 21, mimpi Indonesia Emas harus menjelma,” serunya lantang.

Ia menutup pesannya dengan nada tegas namun penuh cinta:
“Selamat datang di dunia gerakan Indonesia, wahai aktivis abad 21. Jangan biarkan sejarah kalian ditulis orang lain. Menulislah dengan darah dan keringat kalian sendiri. Itulah kemerdekaan yang sejati.”

Khalilur R Abdullah Syahlawiy menandatangani seruannya dengan cara yang khas “Sang Surya Majapahit. Pengusaha Indonesia. Aktivis 98”.

Sebuah identitas yang bukan hanya melukiskan dirinya, tetapi juga menegaskan pesan: bahwa sejarah boleh lahir dari masa lalu, tetapi masa depan selalu menuntut lahirnya generasi baru. (*)

Editor: Umar Faruq dan Abdel Rafi 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular