
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di ujung selatan Batam, di gugusan Kepulauan Galang yang dikelilingi laut biru, seorang perempuan terus menjaga nyala harapan bagi masyarakatnya. Namanya drg. Zahrotun Riyad. Lebih dari dua dekade, alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG Unair) ini mengabdikan hidupnya untuk mengubah wajah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi warga di pulau-pulau terpencil.
Bagi Zahra, panggilan akrabnya, pengabdian adalah panggilan jiwa. Ia menolak membatasi diri pada profesi dokter gigi semata, memilih melangkah ke ranah yang lebih luas demi manusia.
“Ini adalah pengakuan kita sebagai manusia Indonesia, sebagaimana tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bukan hanya di seminar, tapi melalui aksi nyata,” ujarnya dalam keterangan, Kamis (14/8/2025).
Sejak 2018, Zahra merintis program beasiswa untuk anak-anak SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Kini, sedikitnya 40–50 siswa mendapat bantuan rutin membayar SPP, dan 10 anak berhasil menembus bangku kuliah.
Yang menarik, dana program ini berasal dari jejaring relawan yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan hingga Qatar dan Australia.
“Setiap bulan ada dana untuk SPP SMP-SMA, dan setiap enam bulan kami kumpulkan biaya untuk 10 anak kuliah,” jelasnya.
Zahra tak hanya membuka pintu sekolah, tetapi juga membuka peluang ekonomi. Ia merintis peternakan domba yang dikelola warga. Saat Idul Adha, domba dijual, keuntungannya kembali ke peternak, dan sebagian menjadi modal membeli domba baru.
“Harapannya bisa berkembang lebih besar, bahkan merambah perikanan,” tuturnya.
Realitas di Pulau-Pulau Terpencil
Tinggal lama di Batam membuat Zahra lekat dengan kehidupan warga. Ia melihat langsung kemiskinan ekstrem seperti rumah tanpa listrik, akses pendidikan terbatas, teknologi nyaris tak tersentuh. Namun, ia kagum pada semangat warganya yang tetap menerima hidup dengan hati lapang.
Pernah, dana hasil donasi dialihkan untuk memperbaiki atap sekolah yang roboh di salah satu pulau.
“Kadang dana tidak besar, tapi kami pastikan digunakan untuk kebutuhan paling mendesak,” ujarnya.

Usahanya membawa perubahan nyata. Angka kehamilan remaja menurun, dan semakin banyak anak dari pulau-pulau terpencil yang mampu melanjutkan pendidikan tinggi.
“Ada cahaya, mungkin bukan 100 watt, tapi cukup untuk membuka jalan menuju masa depan,” katanya.
Ke depan, Zahra ingin memperluas program beasiswa dan mewujudkan mimpinya membangun rumah sakit terapung, solusi bagi akses layanan kesehatan di wilayah kepulauan.
Dari pulau sunyi yang jauh dari gemerlap kota, Zahra terus menjaga nyala harapan, membuktikan bahwa satu tekad tulus mampu mengubah masa depan sebuah generasi. (*)
Editor: Abdel Rafi