
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di saat banyak anak muda menghabiskan liburan dengan beristirahat, dua mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) justru menantang diri mereka menembus dunia. Adalah Muhammad Bintang Akbar Hatta dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) serta Berlian Nova Koesuma dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang kini tengah menjejakkan langkah di negeri singa untuk mengikuti program bergengsi Temasek Foundation yaitu NUS Leadership Enrichment and Regional Networking Program (TF-NUS LEaRN).
Program ini berlangsung selama tiga pekan, sejak 30 Juni 2025 lalu dan akan berlangsung hingga 18 Juli 2025 mendatang, bertempat di kampus bergengsi National University of Singapore (NUS), dan melibatkan anak-anak muda terpilih dari berbagai negara di Asia Tenggara.
Diselenggarakan oleh NUS Global Relations Office dengan dukungan penuh dari Temasek Foundation, program ini menjadi wahana pengembangan kepemimpinan bagi generasi muda yang memiliki visi lintas budaya dan kepedulian sosial.
“Kesempatan ini luar biasa. Kami bisa belajar langsung dari salah satu universitas terbaik dunia, sekaligus bertemu banyak pemuda inspiratif dari berbagai negara,” ujar Bintang dengan mata berbinar. Ia menyebut program ini tidak hanya mengajarkan teori, tapi juga mengajak peserta menyelami langsung realitas sosial di Singapura.
Program TF-NUS LEaRN terbagi ke dalam dua modul utama yaitu Hidden Communities and Community Leadership serta Developing Communities in Southeast Asia. Lewat dua modul ini, peserta diajak membentuk karakter kepemimpinan dengan cara yang tak biasa, masuk ke komunitas tersembunyi, mengamati dinamika sosial, dan memahami tantangan kehidupan urban di Singapura dari perspektif paling bawah.
“Terjun langsung ke lapangan membuat kami sadar bahwa kepemimpinan bukan soal memerintah, tapi mendengar dan memahami,” ungkap Bintang, yang juga tercatat aktif di berbagai organisasi mahasiswa.
Salah satu kekuatan utama dari program ini adalah jejaring antarnegara yang terbangun di dalamnya. Peserta berasal dari berbagai negara ASEAN, termasuk Indonesia, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
“Dari Indonesia, ada perwakilan dari beberapa kampus besar seperti UI, UGM, ITS, IPB, ITB, dan tentu saja UNAIR. Saya merasa bangga bisa membawa nama almamater dalam forum sebesar ini,” kata Bintang.
Ia menambahkan bahwa untuk lolos ke program ini, peserta harus melalui proses seleksi ketat mulai dari pengumpulan CV, transkrip nilai, surat motivasi, hingga rekomendasi dari Airlangga Global Engagement (AGE). AGE kemudian menyeleksi dan mengajukan nama-nama terbaik ke pihak penyelenggara.
Tentu saja perjalanan ini tidak selalu mulus. Bintang mengakui bahwa penyesuaian dengan sistem transportasi, budaya, hingga jadwal yang padat menjadi tantangan tersendiri.
“Namun semua itu terbayar. Di sini saya belajar banyak, bukan hanya soal kepemimpinan, tapi juga soal bagaimana menjadi manusia yang lebih adaptif, kolaboratif, dan berdaya saing global,” tuturnya.
Kisah Bintang dan Berlian adalah pengingat bahwa mahasiswa bukan hanya pelajar, tapi calon pemimpin yang siap membentuk masa depan. Mereka melangkah keluar dari zona nyaman, mengasah empati dan kepemimpinan di lintas budaya. Sebuah langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk bangsa.
Dan siapa tahu, mungkin perjalanan ini adalah awal dari jejak panjang mereka menuju dunia.(*)
Editor: Abdel Rafi



