
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Dalam rangka memperingati Haul Bung Karno ke-55 sekaligus memeriahkan Bulan Bung Karno 2025, DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur menggelar diskusi publik bertajuk “Waspada De-Sukarnoisasi dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia”. Acara berlangsung pada Sabtu (21/6/2025) sore di Aula Bung Karno, Kantor DPC PDIP Jaktim, Pondok Kelapa, Duren Sawit.
Diskusi ini menjadi panggung kritik atas proyek penulisan ulang sejarah nasional yang dinilai mengaburkan peran historis Presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Meski Ketua DPP PDIP Ganjar Pranowo, yang dijadwalkan menjadi keynote speaker, berhalangan hadir karena menghadiri Haul Bung Karno di Blitar, acara tetap berlangsung semarak dan sarat wacana kritis.
Tampil sebagai narasumber antara lain:
1. Bonnie Triyana, Kepala Badan Sejarah DPP PDIP sekaligus Anggota DPR RI Komisi X,
2. Dr. Bondan Kanumoyoso, S.S., M.Hum, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia,
3. dan Bung Nata Admanas Sutisna, Mahasiswa Diaspora sekaligus Founder Kopiah.Co (Pusat Studi Islam dan Sukarno).
Bonnie Triyana mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap proyek penulisan sejarah yang digagas di era Menteri Fadli Zon. Menurutnya, proyek tersebut tergesa-gesa, tidak objektif, dan cenderung menghapus fakta-fakta penting era Sukarno.
“Penulisan sejarah ini sangat problematik. Jilid 8 misalnya, membahas Orde Lama dengan narasi negatif bertajuk ‘Masa Jatuh Bangun Kabinet dan Ancaman Integrasi Bangsa’. Padahal, tonggak penting seperti Konferensi Asia Afrika dan GANEFO luput disebut. Ini jelas bentuk de-Sukarnoisasi jilid II,” tegas Bonnie, yang juga mantan Pemimpin Redaksi Historia.id.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan diskusi publik di berbagai daerah, mayoritas intelektual dan akademisi menolak proyek tersebut. Selain mengaburkan sejarah, proyek itu disebut menghamburkan dana negara hingga Rp9 miliar.
“Kita bukan hanya bicara akademik, tapi integritas sejarah bangsa. Jangan sampai generasi mendatang tumbuh dengan pemahaman sejarah yang timpang,” imbuhnya.
Ketua DPC PDIP Jakarta Timur Dwi Rio Sambodo dalam sambutannya menyerukan agar masyarakat dan kader partai tetap waspada terhadap upaya sistematis mengaburkan peran Bung Karno dalam sejarah Indonesia.
“Kita tahu, di masa Orde Baru, 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila bahkan dilarang diperingati dan diganti dengan 1 Oktober. Buku-buku Bung Karno dibredel, para pengikutnya distigmatisasi sebagai PKI. Apakah sejarah kelam ini akan diulang?” tanya Dwi Rio.
Sebagai politisi muda, Dwi Rio atau akrab disapa Bung Rio juga menekankan pentingnya penguatan ideologi dan pemikiran kritis di kalangan anak muda.
“Tidak ada gerakan revolusioner tanpa pemikiran revolusioner. Maka, perkuat kajian, tajamkan dialektika, dan terus kobarkan semangat perjuangan,” serunya menutup diskusi.
Selain diskusi publik, DPC PDIP Jakarta Timur juga menyelenggarakan sejumlah kegiatan dalam rangkaian Bulan Bung Karno, antara lain:
1. Donor darah tiga edisi yakni pada 7, 15, dan 27 Juni 2025,
2. Serta Panggung Demokrasi Rakyat yang akan digelar pada 26 Juni 2025 mendatang.
Dengan rangkaian ini, PDIP Jaktim berharap warisan pemikiran dan perjuangan Bung Karno terus mengakar dan membumi di tengah generasi muda dan rakyat Indonesia.(*)
Editor: Abdel Rafi



