
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Sebanyak 60 mahasiswa dan dosen dari Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN KH Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Pekalongan, Jawa Tengah, tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka saat menyambangi Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), pada Selasa (17/6/2025).
Mereka datang bukan sekadar kunjungan biasa, melainkan untuk menyerap ilmu dari program dakwah digital dan pengelolaan zakat sosial yang dijalankan secara profesional dan inspiratif oleh BPP MAS.
“Ini masjid luar biasa. Dakwahnya tidak lagi konvensional, tapi berbasis media sosial dan menyentuh kebutuhan Gen Z. Begitu juga program zakatnya, sangat membumi dan memberdayakan,” ungkap Dekan FUAD UIN Gus Dur, Dr. H. Tri Astutik Haryati, M.Ag., penuh takjub.
Rombongan yang terdiri dari 55 mahasiswa dan 5 dosen itu disambut langsung oleh Sekretaris BPP MAS, H. Helmy M Noor, yang mengisahkan bagaimana masjid yang diresmikan tahun 2000 itu bertransformasi dari dakwah manual ke digital, bahkan menjadi pionir dalam dakwah berbasis data.
“Kami mulai survei jamaah sejak 2007. Dari data itu, kami tahu siapa yang kami layani. Ternyata, lebih dari 50 persen jamaah kami adalah usia produktif muda. Maka sejak 2017, kami serius migrasi ke digital, dan sejak 2023 hadir Majelis Subuh GenZI,” terang Helmy.
Majelis Subuh GenZI (MSG) kini menjadi magnet spiritual baru bagi anak-anak muda. Subuh hari tak menghalangi mereka hadir, karena para pendakwahnya pun dari kalangan Gen Z seperti Hannan Attaki dan Gus Iqdam.
Di sisi lain, MAS tak hanya bicara soal mimbar. Lewat tangan Kasi Dakwah, Choliq Idris, dan Kasi Zakat, Gana Hascarya, berbagai program sosial digerakkan, mulai dari pembinaan mualaf, santunan yatim, bantuan pendidikan, layanan kesehatan gratis, hingga ambulans dan khitanan massal.

“Zakat di sini tak hanya untuk konsumtif. Ada zakat produktif, modal usaha, pemberdayaan UMKM, sampai bina wirausaha. Semua dikelola secara profesional dan sesuai prinsip syar’i,” ujar Gana.
Tak hanya untuk masyarakat sekitar, zakat dari MAS juga menjangkau wilayah-wilayah terdampak bencana di seluruh Indonesia, bahkan hingga Palestina.
Kunjungan mahasiswa UIN Gus Dur ini melanjutkan tradisi akademik yang sebelumnya dilakukan oleh 540 mahasiswa UIN Walisongo Semarang pada 29 April 2025 lalu, yang juga belajar langsung tentang inovasi dakwah dan zakat sosial dari masjid terbesar di Jawa Timur ini.
“Masjid bukan hanya tempat ibadah. Di sini kami belajar bahwa masjid bisa menjadi pusat peradaban yang menyentuh seluruh aspek kehidupan,” ujar salah satu mahasiswa dengan mata berbinar.
Masjid Al-Akbar Surabaya tidak hanya menjadi ikon arsitektur, tetapi juga menjadi model percontohan bagaimana rumah ibadah bisa hadir secara nyata dalam menjawab tantangan zaman.(*)
Editor: Abdel Rafi



