
BOGOR – “Yang dinamakan situs atau tempat yang mengandung nilai sejarah itu, maknanya hanya petunjuk arah bagi generasi penerusnya. Maka, sangatlah bodoh apabila kita sebagai kepanjangan tangan para leluhur hanya berkutat di dalam lingkaran fisiknya saja,” ujar Dasep Arifin, pelaku seni budaya Jawa Barat, dalam beranda Diskusi Palataran Pakujajar Sipatahunan, Jumat (5/1/2024).
Menurutnya, karena selama ini kita tidak pernah masuk ke dalam apa sesungguhnya yang terkandung di balik bentuk fisiknya itu.
“Seharusnya yang harus kita kaji itu adalah nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya,” imbuh Dasep Arifin.
Karena semua itu, lanjutnya, merupakan sebuah metode para leluhur atau sarana pembinaan dan pembentukan akhlak. Lanjut Dasep, lebih anehnya lagi semuanya itu diterjemahkan oleh klenik-klenik yang tidak jelas, tidak masuk akal dan pikiran secara real.
“Kesannya tempat tersebut dipakai media persembahan dalam sebuah permohonan,” pungkasnya.
(andy/rafel)



