
Kenapa sih ayah dan ibu selalu pengen aku jadi orang yang sukses, orang yang kaya?
Ayah dan ibu, aku kasih tahu ya. Aku hanya mau jadi diri sendiri. Buat apa sukses atau kaya tapi jadi kayak orang lain. Aku nggak mau sukses atau kaya. Karena hidup itu urusan Allah SWT. Sebagai anak, aku hanya ikhtiar dan doa saja. Tetap sekolah, belajar, dan patuh pada orang tua. Bagiku, hidup itu ukurannya nggak hanya sukses dan kaya. Tapi aku ingin lebih menghargai “nilai” daripada “harga”. Untuk apa sukses atau kaya bila akhirnya tidak bernilai seperti ayah dan ibu. Ayah dimana, ibu dimana, aku juga dimana?
Jujur ya ayah dan ibu, aku tahu kok mana yang baik mana yang nggak baik. Tolong dong, jangan paksa aku untuk begini begitu. Disuruh jadi ini, jadi itu. Aku itu cuma pengen jadi seperti aku sendiri. Maaf ya ayah dan ibu. Aku ini bukan fotokopi ayah. Nggak mau juga seperti yang ibu mau. Tolong jangan bilang ke orang-orang. Aku malaslah, aku susahlah disuruh belajar. Tolong jangan lagi ceritakan kesalahan aku ke orang lain. Lebih baik ceritakan saja kesalahan-kesalahan ayah dan ibu sebelum ngomongin kesalahan aku.
Aku tuh paling nggak suka. Kalau ibu suruh aku belajar, terus ditambahin bilang “malas banget sih belajarnya”. Udah gitu teriak-teriak lagi ngomongnya. Pusing banget kepalaku dengar orang tua teriak-teriak. Aku juga nggak suka kalau ayah marah-marahin aku. Bilang goblok, minta jajan melulu segala. “Kamu gimana sih, ayah bilang harus begini!”. Ayah dan ibu masih ingat nggak sih kalimat-kalimat itu? Kenapa sih ayah dan ibu sering banget membohongi aku atas nama kebaikan. Ayah dan ibu sudah lupa ya. Anak itu hanya butuh contoh yang baik, bukan omongan atau nasihat melulu. Aku itu butuh saran yang cocok untukku. Bukan saran yang cocok untuk orang tuaku.
Ayah dan ibu nggak usah khawatir pada diriku. Bilangin saja, orang dewasa nggak usah was-was kepada anak-anaknya. Karena aku pun tidak pernah khawatir kepada Ayah dan Ibu yang ternyata lebih peduli main gawai daripada aku. Aku nggak was-was kok bila ayah dan ibu lebih senang cari duit daripada mendidik anak. Jadi, kalau ayah dan ibu bilang tidak mudah mendidik anak sendiri. Itu artinya, tidak mudah pula jadi orang tua kan?
Aku tuh suka bingung. Kok ayah dan ibu masih suka nggak percaya bila aku ngomong jujur. Aku itu ngomong apa adanya, apa yang terjadi di sekolah apa yang aku lakukan. Kadang, aku jadi serba salah. Saat bicara jujur pun masih tidak dipercaya ayah dan ibu. Tidak ada anak yang mau menghardik dengan kata-kata kotor. Goblok, bodoh, malas. Jangan kasari aku ya ayah dan ibu. Tidak ada anak yang mau dipukul orang tua.
Ayah dan ibu harus tahu. Harus paham. Betapa sulitnya jadi anak yang “dipaksa” mengikuti kemauan ayahnya. Disuruh ikut skenario apa maunya ibu. Aku suka bingung. Kata ayah dan ibu, soal anak bukan urusan sepele. Tapi kenapa ayah dan ibu mengurusi aku dengan cara sepele? Makanya nggak usah paksa aku jadi orang sukses, jadi orang kaya. Jangan lagi memaksa aku seperti yang ayah dan ibu mau. Nanti aku malah pura-pura mau atau terpaksa mau, gimana?
Terus, apa sih maksud ayah dan ibu cerita kehebatan anak orang lain ke aku? Memangnya kenapa bila anak orang lain lebih hebat daripada aku? Aku mau diapain bila tidak sesuai keinginan ayah dan ibu? Ayah dan ibu lupa ya. Tiap anak itu berbeda-beda. Tiap anak itu punya minat dan potensi sendiri. Jadi terima saja perbedaan tiap anak. Biar waktu nanti yang akan membuktikannya.
Ayah dan ibu nggak usah khawatir. Setiap anak itu pasti pengen jadi lebih baik dari sebelumnya. Pengen jadi orang yang bernilai, bermanfaat untuk siapapun termasuk untuk ayah dan ibu. Jadi, tolong biarkan aku tumbuh apa adanya. Seperti diriku sendiri, sesuai minat dan potensi yang aku miliki.
Kan ayah dan ibu yang sering bilang. Urusan orang tua itu banyak. Jadi orang tua itu capek, cari uang kerja siang malam. Aku sadar kok. Sama seperti aku, urusan anak juga banyak. Jadi anak-anak juga capek kok. Sekolah, belajar, disuruh membaca buku, dinasehatin ayah dan ibu tiap malam. Bahkan dipaksa berpikir seperti orang dewasa, disuruh seperti ayah dan ibu. Terus, kapan dong ayah dan ibu tersenyum saat berada di sebelahku? Aku hanya mau tanya, kapan ayah dan ibu memeluk aku dengan bangga, kapan?
Ayah dan ibu lupa ya, untuk apa menceritakan kehebatan anak orang lain ke aku? Kan kata ayah dan ibu, setiap anak itu beda-beda. Ya sudah, pahami saja perbedaaan itu.
Maka di Hari Anak Nasional ini. Aku hanya mau berpesan kepada ayah dan ibu. Berhentilah menyuruh aku jadi ini jadi itu. Cukup didik dan ajarkan aku tentang akhlak dan ilmu yang baik. Insya Allah, aku akan menemui jalanku sendiri sesuai kehendak Allah SWT. Yang pasti aku tidak akan mengecewakan ayah dan ibu. Aku akan selalu mencintai dan hormat kepada ayah dan ibu. Salam sayang dari anakmu!
SYARIFUDIN YUNUS
Pegiat Literasi Taman Baca Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka Kaki Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat



