Wednesday, December 17, 2025
spot_img
HomeGagasanRabies, Si Neglected Tropical Disease Yang Kembali Berulah

Rabies, Si Neglected Tropical Disease Yang Kembali Berulah

 

(foto: Jawa Pos)

Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), saat ini rabies sedang menjangkit di beberapa wilayah di Indonesia.

Beberapa daerah telah melaporkan terjadi peningkatan kasus seperti di Bali dimana dari 19.035 gigitan anjing ditemukan 300 gigitan merupakan kasus rabies dengan korban meninggal mencapai 4 orang sepanjang tahun 2023. Lalu di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) 1 warganya terinveksi rabies. Sementara di Nusa Tenggara Barat (NTB) per April 2023 terdapat 31.113 gigitan hewan penular rabies dimana 23.211 kasus gigitan sudah mendapatkan vaksin anti rabies dengan korban 1 orang dari 11 kasus yang ada, bahkan di Palembang terdapat 10-20 kasus gigitan menurut Dinas Kesehatan setempat dan terakhir DKI Jakarta ditemukan peningkatan kasus gigitan hewan penular rabies sebanyak 1.527 kasus, meskipun belum ada laporan penularan virus rabies ke manusia.

Sebenarnya, rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yang merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Hewan seperti anjing, kucing, monyet, kera, kelelawar bisa terkena rabies karena terkena gigitan hewan yang terinfeksi. Begitu pula pada manusia dapat terkena gigitan anjing atau hewan lain yang terinfeksi rabies. Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies dari air liur hewan yang terinfeksi pada bagian tubuh manusia yang luka akibat gigitan hewan tersebut. Virus rabies ini berbahaya karena dapat masuk mencapai sumsum tulang belakang dan otak dalam kurun waktu tertentu sekitar 3-12 minggu. Ketika virus tersebut mencapai otak maka dapat berkembang biak dengan cepat dan mulai menunjukkan gejala penyakit.

Selain gigitan, sebetulnya rabies bisa terinfeksi melalui paparan dengan bagian tubuh yang lecet dan luka terbuka yang terkena air liur atau bagian tubuh dari hewan yang terkontaminasi dengan virus rabies.

Secara epidemiologis, penyakit rabies ini tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang. Di Indonesia sendiri, sebagian besar kasus rabies terjadi akibat gigitan anjing dan rabies termasuk salah satu penyakit tropis yang terabaikan atau yang dikenal sebagai neglected tropical diseases/NTD) sama halnya dengan penyakit demam berdarah. Jadi, NTD penyakit yang diderita oleh orang-orang yang memiliki taraf hidup rendah dan sering tidak mendapatkan perhatian yang sama jika dibandingkan dengan penyakit menular lainnya seperti HIV, TBC, dan Malaria. Kalau berbicara terkait angka insidensi maupun angka mortalitas diperkirakan lebih besar dari data yang terlaporkan atau underreporting. Reservoir atau sumber virus rabies sebetulnya bervariasi di setiap negara atau daerah. Misalkan di negara maju sebagian besar kasus rabies pada manusia berasal dari hewan liar dan hanya 10% kasus berasal dari hewan domestik. Misalkan negara Eropa, dimana sebagian besar dari rubah dan kelelawar berbeda dengan Asia yang berasal dari anjing.

Di Indonesia, tidak semua daerah didapatkan kasus rabies, ada beberapa daerah yang disebut sebagai provinsi bebas rabies terutama provinsi-provinsi di Jawa dan provinsi lainnya masih termasuk endemis rabies.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia WHO, kejadian rabies pada manusia (maupun hewan) hampir selalu diakhiri dengan kematian atau case fatality rate-nya mencapai angka 100%. Kematian terjadi terutama pada kelompok anak usia 5-14 tahun, dimana 80% kematian akibat rabies terjadi di daerah pedalaman atau perdesaan.

Bila seseorang tergigit anjing atau hewan yang berpotensi menularkan rabies segera cuci area tersebut dengan air mengalir 10-15 menit dan gosok luka dengan sabun atau diberi antiseptik/alcohol 70%. Kemudian perlu diperiksakan ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya.

Gejala yang perlu diwaspadai akibat gigitan hewan rabies, setelah gigitan mengalami demam, rasa nyeri di tenggorokan, merasa resah, takut air (hydrophobia), takut cahaya dan keluar liur yang berlebihan (hipersaliva). Gejala awal setelah digigit biasanya muncul sekitar 2 hingga 3 bulan namun juga bisa sekitar 1 minggu atau 1 tahun. Tidak semua anjing yang menggigit pasti terinfeksi rabies, namun jika tidak yakin bisa segera konsultasi dengan dokter untuk diperiksa atau mendapatkan vaksin rabies.

Meskipun belum ada kasus hewan terpapar dan penularan ke manusia di beberapa kota namun permintaan vaksin rabies mengalami peningkatan. Hal ini sebagai salah satu langkah antisipasi agar hewan peliharaan terhindar dari bahaya virus rabies. Vaksinasi hewan peliharaan tidak hanya melindungi dari virus rabies, tetapi juga pemiliknya atau warga ketika tergigit hewan peliharaan.

Selain itu juga, vaksin rabies dapat diberikan ke manusia dengan 2 tipe, pertama Profilaksis Pra-Pajanan (PrPP) yaitu vaksinasi pencegahan sebelum paparan virus rabies, terutama untuk kelompok berisiko tinggi dan Profilaksis Pasca Pajanan (PEP) atau vaksinasi untuk menghentikan menyebarkan rabies setelah paparan virus.

Tentu kita berharap kejadian rabies kali ini tidak terus bertambah dan segera mendapatkan penanganan yang serius sehingga kasusnya tidak meluas dan bisa segera menjadi daerah bebas rabies. Semoga.

 

LAURA NAVIKA YAMANI

Epidemiolog dan Ketua Research Center on Global Emerging and Re-emerging Infectious Diseases (RC-GERID) ITD Universitas Airlangga

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular