JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Bayangan hidup nyaman di masa pensiun rupanya masih jauh dari kenyataan bagi sebagian besar pekerja di Jabodetabek. Penelitian terbaru menemukan bahwa 55% pekerja mengaku tidak yakin bisa memenuhi biaya hidup di hari tua.
Fakta ini terungkap dalam riset yang dilakukan Syarifudin Yunus, peneliti dana pensiun dari DPLK Sinarmas Asset Management sekaligus dosen Universitas Indraprasta PGRI. Penelitian berjudul “Analisis Tingkat Kesiapan Pensiun Pekerja Biasa di Jabodetabek dan Tantangan Industri Dana Pensiun di Indonesia” melibatkan 100 pekerja pada Agustus 2025 dengan metode mix method.
“Penelitian ini saya lakukan untuk mengetahui seberapa siap pekerja di Jabodetabek menghadapi pensiun. Ternyata, 55% tidak siap, bahkan tidak punya gambaran mau seperti apa hidup di hari tua. Padahal sebenarnya mereka punya kemampuan menabung. Mereka hanya takut miskin di masa tua,” ungkap Syarifudin saat merilis temuannya, Kamis (28/8/2025).

Hasil survei menunjukkan sebagian besar pekerja masih bergantung pada tabungan konvensional. 41% memiliki tabungan di bank, 39% produk keuangan lain, tapi hanya 8% yang benar-benar memiliki dana pensiun.
Padahal, tingkat kesadaran untuk menabung sebenarnya cukup tinggi. Sebanyak 97% pekerja mengaku mau menyisihkan gaji untuk hari tua, bahkan 59% sanggup menyisihkan Rp100 ribu hingga Rp500 ribu per bulan. Namun, literasi tentang dana pensiun masih rendah, sehingga banyak yang tidak tahu cara menyiapkan finansial pensiun dengan tepat.
Riset ini juga mengungkap mimpi pekerja tentang hari tua mereka:
- Hanya 18% benar-benar ingin menikmati pensiun.
- Sebanyak 47% bercita-cita membuka usaha kecil-kecilan.
- Sementara 24% masih bingung akan seperti apa hidup di masa tua.
Minimnya kesiapan pekerja menjadi alarm bagi industri dana pensiun di Indonesia. Menurut Syarifudin, ada lima langkah mendesak yang harus dilakukan:
- Meningkatkan kepesertaan dana pensiun.
- Mendorong literasi dan kesadaran pekerja.
- Mengoptimalkan kinerja investasi.
- Menyediakan akses digital yang mudah.
- Mengkampanyekan risiko demografi, khususnya ancaman kemiskinan di hari tua.

Indonesia sedang menuju era penuaan populasi (aging population). Jumlah penduduk lansia akan terus meningkat, sehingga kesiapan pensiun menjadi semakin mendesak.
“Dana pensiun seharusnya tidak dilihat sebagai beban, melainkan komitmen. Melalui DPLK, pekerja akan memiliki dana pasti untuk hari tua, mendapat hasil investasi optimal, manfaat pajak, dan yang terpenting, disiplin menabung,” tegas Syarifudin.
Penelitian ini juga telah dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah JiMaKeBiDi (Jurnal Inovasi Manajemen, Kewirausahaan, Bisnis dan Digital) Volume 2, Nomor 3, Agustus 2025. (*)
Kontributor: Tommy
Editor: Abdel Rafi




