Friday, April 26, 2024
HomeGagasanVisi Kepemimpinan Budhi Hasta Barata Bagi Calon Kepala Negara

Visi Kepemimpinan Budhi Hasta Barata Bagi Calon Kepala Negara

 

Sistem elektoral di Indonesia semakin liberal, mengarah kepada mindset partisan dengan makin menjauhi konsepsi kenegaraan. Perdebatan keras menjelang Pemilihan Presiden semakin keluar dari ide gagasan national staat, semakin mengarah kepada kepentingan elit politik tanpa akar, kepentingan jangka pendek yang mengorbankan perkawanan strategis jangka panjang. Begawan menjadi punokawan, punokawan menjadi panutan, satria kehilangan watak utama, saudagar menjadi pimpinan serta pergeseran-pergeseran lain yang tercerabut dari kaidah dan norma kebudayaan.

Keberpihakan didasarkan atas like and dislike, didasarkan atas kejumudan nir pertimbangan dialektik. Pemaksaan kehendak dengan alibi jargon-jargon politik taktis kembali menyeruak, menghiasi majalah dan portal berita hari demi hari. Sebuah pertarungan vis a vis bakal terjadi, meskipun semakin kabur irisan politik tradisional yang menyertainya. Semakin kabur materi gagasan bernuansa kebangsaan yang ditawarkan. Semakin miskin dalam memaknai Presiden sebagai Kepala Negara. Mengingat hampir semua kelompok lebih tertarik dalam menerjemahkan istilah Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Berikut bagi-bagi jatah kuasa jika berhasil memenangkan perhelatan elektoral lima tahunan.

Presiden sebagai Kepala Negara harus memiliki visi kepemimpinan yang kuat, terbebas dari sekat kelompok dan golongan. Presiden sebagai Kepala Negara harus mampu menjadi Bapak Bangsa, mengingat sudah hilangnya Haluan Negara yang kemarin telah digerus oleh operasi intelijen asing yang didukung oleh pihak-pihak sontoloyo dari dalam negeri sendiri.

Dalam konsepsi kepemimpinan asli Nusantara, Kepala Negara wajib memahami dan menjalankan Paugeran Budhi Hasta Barata dalam memimpin rakyatnya. Delapan ajaran budi kepemimpinan yang berdasarkan kepada delapan anasir unsur alam. Karena menjadi Kepala Negara tersebut tidak hanya memimpin rakyat Indonesia, namun juga memimpin segenap bangsa Indonesia dan Tanah Air Indonesia. Memimpin bumi, air, udara beserta segenap potensi sumberdaya alam, sumberdaya energi serta beragam keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya.

Visi besar kepemimpinan sudah digariskan oleh para sepuh dalam konsepsi kepemimpinan asli Nusantara bernama Paugeran Budhi Hasta Barata sebagaimana berikut:

Ambeg segara, agung pangapuranipun.
Ambeg bumi, sarwo tadhah kamot lan momot.
Ambeg toya, tansah lumintu peparingipun.
Ambeg latu, kendel matrapi paukuman ing dedosan.
Ambeg angin, saged nyirnakaken memolo sarto nistaning projo.
Ambeg suryo, saged madhangi pepeteng.
Ambeg wulan, saged ngecani manahipun kawula.
Ambeg lintang, ageng alitipun kawula saged kawuningani sedaya.

Artinya adalah bahwa Pemimpin harus memiliki watak dan karakter delapan unsur anasir alam yaitu sifatnya samudera, wataknya bumi, karakter air, sifatnya api, wataknya angin, fungsi matahari, bulan dan bintang. Memahami watak samudera yang selalu memberikan maaf kepada para kawula, seperti lautan yang memberi maaf kepada sungai meskipun tiap hari mendapat kiriman kotoran sampah dan lumpur darinya. Mampu menerima kritikan dengan lapang dada serta siap diberikan masukan oleh bawahan. Selalu terbuka dalam menampung aspirasi masyarakat.

Memahami watak bumi, yang senantiasa mampu membawa segenap beban serta cukup dalam menampung segala permasalahan kawula. Berperan sebagai wahana penampungan aspirasi kawula dari semua lapisan. Pemimpin harus mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Memahami watak air, yang selalu memberikan sumber kehidupan serta memberikan banyak manfaat bagi kawula. Mengalir ke tempat yang lebih rendah, pemimpin harus mampu mengayomi dan menghidupi wong cilik.

Memahami watak api, yang berani membakar ketidakadilan, menegakkan hukum dan keadilan. Tegas dan cekatan dalam memecahkan persoalan yang ada. Memahami watak angin, yang mampu menyirnakan anasir-anasir buruk negara. Selalu menyusup ke relung hati warga, blusukan ke semua tempat guna menyapa warganya. Memahami watak matahari, yang mampu menerangi kegelapan yang menimpa bangsanya. Menjadi sumber inspirasi dan inti kekuatan rakyat dalam menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Memahami sifat bulan yang mampu membahagiakan hati dan pikiran warganya. Menjadi penuntun dan sumber pencerahan yang penuh harapan. Memahami watak bintang, yang mampu mengetahui besar-kecilnya permasalahan yang dihadapi oleh kawula.

Visi kepemimpinan yang kuat diperlukan guna meletakkan dasar strategi pembangunan nasional yang tidak tergadaikan oleh oligharki politik dan jeratan pemburu rente yang makin menggila. Meminimalisir penyimpangan kebijakan nasional paska dihapuskannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dari sistem hukum tata negara kita. Sebagai pedoman atau paugeran kepemimpinan yang selalu mendengar amanat penderitaan rakyat. Mendengar, melangkah, bertindak dan membuat kebijakan yang betul-betul berdasarkan kepada situasi kebatinan massa.

Glugu Tinatar, Landungsari-Malang

 

COKRO WIBOWO SUMARSONO

Budayawan, tinggal di Malang

RELATED ARTICLES

Most Popular