Saturday, June 14, 2025
spot_img
HomeGagasanLiputan KhususNafar Awal dan Tsani: Dua Waktu, Satu Tujuan

Nafar Awal dan Tsani: Dua Waktu, Satu Tujuan

Menata niat, menguatkan langkah. Jamaah Nurul Hayat bersiap melempar jumrah di hari kedua tasyrik, sebelum nafar awal. (foto: Firman Arifin)

Setelah rangkaian utama ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, tibalah kita di salah satu titik persimpangan, nafar.

Inilah saat ketika Allah memberi pilihan, bukan untuk dibedakan siapa yang lebih utama, tapi siapa yang paling sadar atas arah langkahnya. Pilihan ini bukan tentang siapa lebih dulu pulang, tapi siapa yang lebih siap kembali membawa hati.

Apa Itu Nafar

Secara bahasa, nafar berarti “kelompok yang pergi”. Dalam ibadah haji, nafar adalah istilah untuk waktu keluarnya jamaah dari Mina setelah melempar jumrah pada hari-hari tasyrik.

Ada dua jenis: nafar awal dan nafar tsani.

Nafar awal adalah saat jamaah meninggalkan Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah, setelah menyelesaikan lontar tiga jumrah.
Sedangkan nafar tsani adalah saat jamaah memilih untuk bertahan satu hari lebih lama di Mina, hingga tanggal 13 Dzulhijjah, lalu kembali melempar jumrah sebelum keluar.

Keduanya dibenarkan oleh syariat. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat 203, bahwa siapa pun yang mempercepat atau mengakhirkan, tidak ada dosa baginya, asalkan disertai ketakwaan.

Bertahan atau Pergi

Di lapangan, setiap jamaah memiliki pertimbangan yang berbeda.
Ada yang berkata,
“Pak, saya pilih nafar awal karena badan ini sudah tidak kuat tidur di tenda.”

Yang lain berucap,
“Saya ingin tsani. Mungkin ini haji terakhir saya. Saya ingin lebih lama bermunajat di Mina.”

Keduanya tidak salah. Keduanya bisa benar. Tapi makna spiritualnya akan dinilai dari apa yang mendasari pilihan itu.
Apakah karena ingin cepat selesai, atau karena memang merasa sudah cukup dan siap pulang dengan hati utuh.

Hikmah Nafar dalam Hidup

Dalam hidup pun, kita sering dihadapkan pada pilihan serupa.
Kapan harus menyelesaikan sesuatu?
Kapan harus bertahan sedikit lebih lama?

Seorang pemimpin mungkin perlu tahu kapan harus mengundurkan diri atau kapan bertahan untuk menyelesaikan amanah.
Seorang mahasiswa perlu tahu kapan menyelesaikan studi atau memperpanjang waktu untuk memperdalam pemahaman.
Seorang pebisnis perlu tahu kapan ekspansi, kapan konsolidasi.

Nafar mengajarkan bahwa keputusan terbaik adalah yang diambil dengan ketenangan jiwa dan kejernihan niat.

Pendekatan Teknik: Shutdown atau Extend?

Dalam dunia teknik dan sistem, kita mengenal dua fase: shutdown dan extend.
Sebuah server bisa dimatikan setelah semua proses stabil dan data aman. Tapi bisa juga diperpanjang operasionalnya bila masih ada proses penting yang belum selesai.

Begitu juga dengan ibadah dan jiwa kita.
Jika jiwa sudah mantap, tidak apa-apa memilih nafar awal.
Tapi jika masih ingin menata niat, memperbanyak dzikir, atau merenungi lebih dalam, maka bertahan dengan nafar tsani adalah pilihan yang sangat layak.

Yang penting bukan lamanya, tapi bagaimana hati bekerja selama waktu itu.

Saat Hati Menjadi Kompas

Tidak ada piala untuk yang lebih cepat meninggalkan Mina.
Tidak pula ada medali untuk yang lebih lama tinggal.
Yang dinilai adalah apa yang dibawa pulang dari Mina itu sendiri.

Apakah hanya sisa makanan tenda dan cerita antre toilet?
Atau hati yang lebih sabar, ego yang lebih terkontrol, dan jiwa yang lebih mengenal Rabb-nya?

Saat saya dan istri menikmati makan malam di lobi Hotel 1021, setelah nafar, tampak sepasang suami istri terlibat dalam “jidal”. Wajah mereka tegang, suara meninggi. Bukan pemandangan yang nyaman setelah rangkaian ibadah agung.

Jika engkau pergi setelah menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, maka itulah nafar awal yang bijak.
Jika engkau bertahan demi memperkuat komitmen, maka itulah nafar tsani yang berkah.

Karena haji bukan soal kecepatan, tapi soal kedalaman.
Dan Mina bukan tempat mewah, tapi tempat melepaskan dunia.

Pergi atau bertahan, asal karena Allah, maka keduanya mabrur.
Yang penting, kaki boleh bergerak, tapi hati tetap tertambat di langit.

Semoga Armuzna yang kita jalani bukan sekadar rangkaian ritual yang dilewati, tetapi sungguh-sungguh berdampak dalam membentuk akhlak dan kendali diri setelahnya.

FIRMAN ARIFIN

Dosen PENS, Jamaah Haji 2025 Kloter 92 Nurul Hayat

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular