Monday, June 16, 2025
spot_img
HomeSosial BudayaKemanusiaanMereka Datang dengan Sayur dan Luka, TNI Menyambut dengan Senyum dan Harapan

Mereka Datang dengan Sayur dan Luka, TNI Menyambut dengan Senyum dan Harapan

Salah seorang Mama Papua berinteraksi dan bertraksasi dengan prajurit TNI, anggota Pos Pintu Jawa, Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti, Papua Tengah, Sabtu (3/5/2025). 

PUNCAK, CAKRAWARTA.com – Di kaki Pegunungan Papua yang sunyi dan berbatu, dua perempuan tua melangkah pelan dengan beban di punggung dan luka di tubuh. Mereka bukan siapa-siapa di mata dunia, tapi bagi rakyat Kampung Wunggi, Mama Desmina (60) dan Mama Pindena (55) adalah lambang kekuatan hidup yang tak bisa dikalahkan oleh usia, sakit, atau jarak.

Sabtu (3/5/2025) pagi, mereka tiba di Pos Pintu Jawa, Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti, setelah menembus medan yang berat. Tangan mereka membawa sayur-mayur dan buah-buahan dari kebun—hasil jerih payah yang tumbuh di tanah keras. Namun mereka juga membawa sesuatu yang lain: nyeri di sendi, kaki yang terkilir, dan harapan yang diam-diam diselipkan dalam setiap langkah.

Para prajurit TNI menyambut mereka bukan dengan senapan teracung, tapi dengan senyum yang tulus dan tangan yang siap membantu. Letda Inf Risal, Danpos Pintu Jawa, turun langsung memeriksa kondisi Mama Desmina yang digerogoti rematik dan Mama Pindena yang tetap berjalan meski kakinya bengkak. Ia tak hanya memerintah, tapi turut berjongkok, memegangi kaki yang nyeri, mengoleskan balsem, membalut luka dengan kasih.

“Inilah arti kehadiran kami di sini,” kata Letda Risal, suaranya parau oleh rasa hormat. “Kami tidak hanya menjaga perbatasan, tapi juga menjaga hati rakyat kami. Saat mereka sakit, kami tak bisa tinggal diam.”

Mama Desmina menatap langit dengan mata basah, lalu memeluk tangan prajurit muda itu. “TNI bukan orang luar bagi kami. Mereka sahabat, mereka anak-anak kami. Mereka tak pernah pergi, selalu ada saat kami butuh,” bisiknya lirih.

Di tengah aroma daun muda dan senyum-senyum lelah, peristiwa ini menjelma lebih dari sekadar jual-beli hasil kebun. Ia menjadi lambang kebersamaan, pelukan diam antara rakyat dan prajurit, antara Papua dan Indonesia.

Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti terus menorehkan kisah kasih di tanah yang dulu hanya dikenal karena konflik. Kini, lewat tangan-tangan sederhana dan jiwa-jiwa setia, mereka membuktikan bahwa pengabdian sejati adalah ketika kekuatan dan kelembutan berpadu dalam satu langkah.

“Balla’na Tu Barania!” — Keberanian yang lahir dari cinta, bukan dari peluru. (*)

 

Kontributor: Arif Budi P

Editor: Abdel Rafi

Foto: Yonif 700/WYC

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular